Home / Artikel / Diktator dan Politik Bukan Musuh Demokrasi

Diktator dan Politik Bukan Musuh Demokrasi

Jakarta, sketsindonews – Sebuah tulisan Bung Hatta dari kunpulan artikel media Panji Masyarakat perlu menjadi pembelajaran apa itu demokrasi dalam menjalankan fungsi politik.

“Demokrasi bisa tertindas sementara, karena kesalahannya sendiri. Tetapi setelah ia mengalami cobaan yang pahit, ia akan muncul kembali dengan keinsafan,”Tulisan Bung Hatta”.

Buku ini sebenarnya berasal dari kumpulan bebearapa tulisan dan kritikan yang keras atas situasi negara meski dilakukan dengan pilihan kalimat yang santun. Akibatnya, tak beda dengan era rezim Orde Baru, pada saat itu rezim Sukarno yang tengah berada di puncak kekuasaan menjadi gerah, Majalah Panji Masyarakat pun diberedel saat itu.(20/5)

Berikut ini cuplikan dari tulisan Bung Hatta dalam buku Demokrasi Kita yang menyebut soal “kudeta” dan “diktator” seperti yang disebut Mahfud dan ramai dibincangkan dalam talkshow yang digawangi wartawan senior Karni Ilyas itu:

Kemudian Presiden Soekarno membubarkan konstituante yang dipilih oleh rakyat, sebelum pekerjaanya membuat Undang-undang Dasar baru selesai.

Dengan suatu dekrit dinyatakannya berlakunya kembali Undang-undang Dasar tahun 1945. Sungguhpun tindakan Presiden itu bertentangan dengan Konstitusi dan merupakan suatu coup d’état (kudeta–Red), ia dibenarkan oleh partai-partai dan suara yang terbanyak didalam Dewan Perwakilan Rakyat.

Tidak lama sesudah itu Presiden Soekarno melangkah selangkah lagi, setelah timbul perselisihan dengan Dewan Perwakilan Rakyat tentang jumlah anggaran belanja. Dengan suatu penetapan Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat dibubarkan dan disusunnya suatu Dewan Perwakilan Rakyat baru menurut konsepsinya sendiri.

Dewan Perwakilan Rakyat baru itu anggotanya 261 orang, separoh terdiri dari anggota anggota partai dan separoh lagi dari apa yang disebut golongan fungsionil, yaitu buruh, tani, pemuda, wanita, alim-ulama, cendekiawan, tentara dan polisi. Semua anggota ditunjuk oleh Presiden.

Perkembangan politik yang berakhir dengan kekacauan, demokrasi yang berakhir dengan anarki membuka jalan untuk lawannya diktatur. Seperti diperingatkan tadi, ini adalah hukum besi dari pada sejarah dunia. Tetapi sejarah dunia memberi petunjuk pula bahwa diktatur yang bergantung kepada kewibawaan orang seorang tidak lama umurnya. Sebab itu pula sistim yang dilahirkan Soekarno itu tidak akan lebih panjang umurnya dari Soekarno sendiri.

Umur manusia terbatas. Apabila Soekarno sudah tidak ada lagi, maka sistimnya itu akan rubuh dengan sendirinya seperti satu rumah dari kartu…..

Resmilah…Bung Hatta menjadi Musuh politik Bung Karno, semua gerak Bung Hatta diblokade sehingga kesulitan ekonomi mencekik Bung Hatta tetapi apa yang terjadi Bung Hatta tetap teguh pada prinsipnya…

Akhirnya enam tahun kemudian apa yang ditulis Bung Hatta terbukti….!

Hebatnya dengan kejatuhan Bung Karno, Bung Hatta tidak seperti musuh politik Orde Baru yang memperolok Pak Harto dan menghujat

Pak Harto pada Kejatuhan Bung Karno, Bung Hatta dengan tulus menjadi “pengawal” Bung Karno dan penghiburnya…..

Semoga Generasi saat ini dapat melakukan apa yang dilakukan Bung Hatta, guru kita semua dan itu menjadi pelajaran apa itu demokrasi dan kekuasaan. (**)

tulisan : Gangsar Adji Carnivore

Check Also

Performa Bupati Kang Giri Versus Mitos Pilkada di Ponorogo

Oleh: Muhamad Fajar Pramono (Dosen UNIDA Gontor) Setiap Bupati punya gaya kepemimpinan yang berbeda-beda, termasuk …

Watch Dragon ball super