Lukas 8:9-15
Renungan – Apakah itu bertumbuh? Bagaimana kita dapat mengatakan tanaman yang kita tanam itu bertumbuh? Mari kita ingat kembali proses menanam yang kita lakukan.
Mungkin awalnya kita menggali tanah, meletakkan biji disana, menyiramnya. Setiap hari kita lihat, kita siram, dan ketika sudah keluar akarnya kita akan mengatakan, wah ini bisa bertumbuh.
Semakin hari semakin giat, kita menyiram, kita kasih pupuk, kita rawat dengan penuh kasih saying. Dan ketika tambah besar, kita mengatakan. Pohon tomat saya sudah bertumbuh.
Dan ketika ia berbuah banyak, kita dapat mengatakan wah, saya sudah boleh bikin kebun tomat…
Perumpamaan ini menunjukkan bahwa Firman Tuhan yang ditaburkan berbuah banyak. Hal itu sangat bergantung pada: Bagaimana kita menerima Firman tersebut.
Pertama, janganlah seperti tanah pertama, yang dari awal memang tidak mau, sudah menempatkan diri pada posisi tidak mau diselamatkan, karena hatinya sudah dikeraskan oleh iblis.
Tetapi ada yang lebih berbahaya, yaitu jenis kedua dan ketiga.
Mereka menerima Firman, tetapi kemudian murtad. Inilah penghianat.
Type kedua, adalah yang mau menerima dengan entusiasme yang luar biasa, tetapi tidak berakar. Ini type terbanyak, yang memperkenankan Yesus dan FirmanNya memasuki hidupnya tetapi hanya sekedar tamu, dan tidak memperbolehkan Yesus mengatur dan mengendalikan hidupnya.
Sementara type ketiga, adalah orang yang menerima Tuhan Yesus dan FirmanNya. Tetapi tidak pernah percaya dan tidak mengandalkan Yesus.
Karena dia mempersilahkan “bibit lain” menguasai hidupnya, seperti: kuasa kegelapan, harta, popularitas, hobby, karier dan kenikmatan dunia. Awalnya “biasa” saja, tetapi kemudian menjadi “penguasa”. Dan Tuhan Yesus beserta FirmanNya “terjepit” dan mati, dan tidak berbuah.
Kesalahan bukan pada Firman, dan bukan pula pada penabur, tetapi pada kita sendiri. Bila Firman itu diberi kesempatan untuk bekerja, pasti Firman itu akan menghasilkan buah-buah.
Bila kita memberi semakin luas, maka akan semakin banyak buahnya. Lalu, bagaimana supaya berbuah? Pertama, memberi hati dirasuki Firman Tuhan hingga sumsum dan nurani.
Kedua, mau menggumuli hingga memahami. Dan ketiga, yang terutama, mau melakukan dalam aksi, dalam keseharian kita.
Itulah Firman yang mewujud, menjadi aksi, nyata dalam praktek. (bng. Filipi 4:9).Amen.
(HKBP Ujung Menteng)