Jakarta, sketsindonews – Belum lama kita mendengar berita tentang penyerangan Gereja Lidwina di Bedog, Sleman- Yogyakarta pada Hari Minggu, 11 Februari 2018 oleh seorang pelaku dengan membacok beberapa Jemaat serta menyerang Romo yang sedang memimpin Ibadah.
Suatu tindakan yang sangat berani dan sangat jauh dari pola pikir yang sehat.
Kini kita disuguhi kembali dengan berita pengerusakan terhadap Masjid Baitur Rohim di Tuban, Jawa Timur, pada hari Selasa Dini hari, 13 Februari 2018.
Pelaku yang sempat Sholat di Masjid tersebut, datang beserta rombongan berjumlah 5 orang, yang terdapat 3 orang anak kecil dimana satu masih bayi.
Tindakan tersebut kembali sulit diterima oleh akal sehal, dan tentunya merupakan tindakan yang sangat berani.
Dari kedua peristiwa penyerangan tempat ibadah berlainan agama tersebut, sulit untuk mengatakan apakah ada keterkaitan atau tidak, karena terjadi dalam waktu yang berdekatan dan tempat yang berbeda propinsi, ini yang menjadi pemikiran apakah iya dilakukan oleh orang sedang gila, ujar Ketua Umum Garda Perawat Kebangsaan Andrew Parengkuan. (14/2)
Yang jelas, apa yang dilakukan oleh para pelaku, jauh dari seorang dengan akal yang sehat untuk di terima.
Pihak kepolisian pun mengatakan bahwa pelaku pengerusakan khususnya pengerusakan Masjid Baitur Rohim adalah orang gila.
“Benarkah pelaku tersebut orang gila? Pihak kepolisian harus mengusut secara tuntas dan memberikan informasi secara transparan terhadap motivasi penyerangan tempat ibadah tersebut,” tegas Andrew.
Apakah benar-benar gila atau ada obsesi-obsesi tertentu yang memenuhi pikiran pelaku tersebut, sehingga memicu untuk melakukan tindakan-tindakan nekat yang jauh dari pikiran yang sehat.
Oleh karena itu, kami juga memandang sudah sangat perlu agar pemerintah secara aktif mewaspadai dan mencegah terjadinya pemberian paham-paham yang dapat memicu tindakan penyerangan penyerangan tempat-tempat ibadah atau apapun yang dapat memicu konflik “SARA”.
Dan bagi kita seluruh masyarakat yang mendengar informasi ini, jangan pernah mau diadu domba oleh berita-berita penyerangan tempat-tempat ibadah, karena dimana bangsa manapun, setiap konflik yang bernuansakan SARA, akan berujung pemisahan pemisahan wilayah dan runtuhnya sebuah Nation.
Sambung Andrew, kami sangat menghargai tindakan Para Pemimpin Agama dan Pemimpin Daerah yang dengan cepat melakukan pencegahan dan meredam segala ekses yang dapat ditimbulkan akibat penyerangan dan pengerusakan tersebut.
Mari kita melakukan pencegahan agar kedepan tidak terjadi lagi, dengan memberikan pemahaman mengenai kebangsaan yang benar.
“Garda Perawat Kebangsaan”
reporter : nanorame