Renungan, sketsindonews – Cerita tentang 2 anak dengan bapanya. Perumpamaan ini menunjukkan tentang bagaimana kehidupan manusia yang tidak sempurna. Manusia yang dalam kesehariannya masih diliputi oleh keinginan bebasnya.
Namun ada yang membedakan dari kedua anak tersebut yaitu anak yang pertama adalah ciri anak yang merasa walaupun ia tidak menuruti kehendak bapanya namun percaya kalau bapanya akan memahaminya. Tapi benarkah itu
Yang kedua adalah anak yang pada awalnya menginginkan kebebasannya, namun akhirnya menyadari bahwa apa yang diperintahkan oleh bapanya memuat pengajaran akan tanggungjawab dan berbuahkan kebaikan pada dirinya.
Perkataan Yesus yang memperbandingkan para pemungut cukai dan perempuan sundal dengan “para pendengar pengajaran Yesus” pada waktu itu. Suatu kecaman yang begitu keras yang disampaikan Yesus.
Bisa jadi Ia sebenarnya mengarahkan tujuan perkataannya pada peristiwa penyalibanNya yang diawali ketika Ia memasuki kota Jerusalem sebagai orang yang begitu dielu-elukan.
Namun “mereka” mengelu-elukan itu juga yang akhirnya “menyalibkanNya. Bisa kita lihat pada bagian sebelumnya, bagaimana “mereka yang menguasai tulisan kitab-kitab dan tahu nubuat tentang Mesias” begitu berkeras pada pemahamannya tanpa mau melakukan pembaharuan bahwa apa yang mereka ajarkan selama ini sudah digenapi.
Mereka tetap pada pola pikir lama dan justru menganggap kehadiran Yesus bukan sebagai bukti nyata penggenapan Mesianis itu tapi menganggapnya sebagai “ancaman” akan keberadaannya.
Bukankah kita juga demikian. Kita merasa sudah lama mengenal Tuhan, sudah lama mengikut Tuhan, sudah lama bersaksi tentang Tuhan. Tapi ada sebuah pertanyaan yang mendasar : Dengan cara siapakan kita selama ini melakukan itu? Jangan-jangan selama ini kita melakukannya dengan cara kita; yang apabila tidak sesuai dengan keinginan kita maka bukan kita yang harus berubah tapi orang yang di sekitar kita.
Bahkan ada yang merasa bisa mengatur waktu dalam kehidupannya, seolah-olah dia tahu kapan waktunya dia benar-benar tunduk pada jalan Tuhan.
Dan sebuah ungkapan yang biasa adalah “Nanti juga masih ada waktu kok” (kari pe sempat nge) Tapi bagaimana dengan “para pemungut cukai dan perempuan sundal”, mereka adalah kaum “new coming” yang selama ini ada di luar lingkaran Tuhan, namun begitu menyadari bahwa mereka selama ini “salah”, begitu diingatkan akan kesalahannya, langsung merubah arah kehidupannya tanpa menunggu waktu (wasting time) dan tetap setia pada perubahan hidupnya itu.
oleh karena itu yakinilah akan kuasa Kristus dan setialah setiap perkataan dan pengajarannya maka kita akan memperoleh perubahan hidup. Amen
(Eky/ Buku Renungan HKBP Ujung Menteng)