‘OPERASI GAGAK’, Kisah Jatuhnya Ibu Kota RI

oleh
oleh
Dari kiri ke kanan, Sutan Syahrir, Letkol Van Beek, Presiden Soekarno dan Moh. Hatta.

Oleh : Kolonel Sus Yuto Nugroho

Agresi Militer Belanda II memang sudah diperhitungkan Indonesia. Seperti yang dikatakan Wakil Presiden Mohamad Hatta di awal bulan Desember, bahwa situasi hubungan Indonesia dengan Belanda sudah sangat buruk, dan sama keadaannya dengan situasi tanggal 21 Juli 1947.

Pertengahan bulan Desember 1948, Letnan Jenderal Simon Hendrik Spoor sebagai Panglima Tertinggi Tentara Belanda di Indonesia menginstruksikan seluruh tentara Belanda di Jawa dan Sumatera untuk menyiapkan diri dalam aksi militer. Untuk melancarkan aksinya, Letnan Jenderal Simon Hendrik Spoor menyiapkan Pasukan Para (penerjun payung) di Pangkalan Udara Andir, Bandung. Mereka adalah kompi lintas udara (Korps Speciale Tropen), yang terdiri tidak saja dari orang-orang Belanda namun juga banyak dari keturunan Indonesia. Di depan pasukan terpilihnya, Sang Letnan Jenderal ini mengatakan akan melancarkan Operasi Gagak untuk merebut Ibu Kota Republik Indonesia dan menangkap Presiden Soekarno.

Skenario Operasi Gagak

Operasi Gagak atau Operatie Kraii merupakan operasi lanjutan dari operasi yang telah dilaksanakan setahun sebelumnya, yaitu Operasi Pelikan atau Operatie Pelikaan, yang lebih dikenal dengan nama Agresi Militer Belanda I. Belanda menyebut aksi-aksinya tersebut sebagai Aksi Polisional.

Belanda menyebut Aksi Polisional bukan tanpa maksud. Dengan istilah Aksi Polisional, Belanda ingin menegaskan bahwa aksi tersebut bukan aksi militer. Karena Belanda menganggap bahwa wilayah Indonesia masih secara de Facto merupakan wilayah Kerajaan Belanda sehingga aksi yang dilakukan oleh militer Belanda dinilai merupakan pemberantasan terhadap pemberontak. Sementara Indonesia mengenalnya sebagai Agresi Militer.

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.