Mika 7:14-20
Renungan – Kisah ketidak pedulian sering membuat miris hati orang yang berjalan dalam kebenaran Allah, sementara pelaku ketidak adilan semakin arogan, solah-olah sikapnya benar dan baik, sehingga nilai empati dalam dirinya luntur dan ini menjadi awal kemerosotan moral, di mana nilai kebenaran bergeser oleh karena kepntingan dan keuntungan pribadi.
Ketika kemerosotan moral makin berkembang, ketika cinta mulai memudar, maka tidak ada lagi kekuatan apapun yang bisa mengubah keburukan itu untuk membuat manusia bertobat. Manusia, bahkan tokoh agama pun tidak lagi cinta akan Firman Tuhan, tidak menjadikan pelita dalam perjalanannya.
Dengan kejadian seperti ini, Nabi Mika menyerahkan pemeliharaan manusia sepenuhnya pada Tuhan. Ay 14, dikatakan: Gembalakanlah umat-Mu dengan tongkat-Mu,… Kata tongkat dapat kita hubungkan dengan sikap keras, di mana kawanan kambing domba kadang-kadang perlu dipukul supaya tidak lari dari kelompok ke arah tujuan. (padang rumput atau kandang). Sikap hidup yang buruk, kadangkala perlu diubah dengan cara keras.
Nabi Mika berharap pada Tuhan, supaya Tuhan mengingatkan pelaku ketidak-benaran dan membawa kambing domba milik-Nya, yang terpencil mendiami rimba, makan rumput di Basan dan di Gilead seperti pada zaman dahulu kala.
Tuhan sebagai gembala adalah Tuhan yang membawa perubahan bagi kehidupan umatNya. Maka tugas gembala membawa kawanan dombanya dari suatu tempat ke alam yang lain. Dari rimba yang terpencil ke Basan dan Gilead. Basan dan Gilead berada di sebelah selatan Bukit Hermon yang subur.
Harapan Nabi bahwa Allah sendirilah yang memindahkan milikNya dari kecurangan-kecurangan ke alam yang merdeka, dari tempat tidak subur ke tempat yang subur, seperti Tuhan membawa orang Israel dari Mesir ke Israel, dari alam perbudakan ke alam kemerdekaan.
Gereja Allah adalah Gereja yang membawa jemaat dari suatu tempat ke alam yang lain, dari nuansa ketidak adilan ke alam keadilan, dari ke berdosaan ke alam kebenaran.
Oleh karena itu Gereja akan menjadi miniatur kerajaan sorgawi, mewujudkan kasih setia Allah dalam pemeliharaan hidup umat. Gereja bukan sekedar tempat bersekutu, tetapi yang keluar memberi kesejahteraan, menyuarakan kebenaran, memberi pengampunan, dan memanggil pulang jiwa yang terhilang.
Di gereja yang berkemenangan, gembala Allah menjadi contoh, model kehidupan rohani umat. Bukan hanya dalam kata-kata atau teori kotbah, tetapi kerelaan dan kemurnian mengasihi umatNya. Amin.
(Renungan HKBP Ujung Menteng)