Jakarta, sketsindonews – Politik dalam banyak terjemahan bermakna, gerakan mencapai tujuan kekuasaan. Dalam proses mencapai tujuan, banyak kalangan cenderung buta hatinya untuk berkompetisi secara sehat, berkompetisi secara berkeadilan, berkompetisi berprikemanusiaan. Pada era dimana situasi politik semakin dekat dengan pemilihan presiden dan pemilihan legislatif, tentu harus disikapi secara lebih baik.
Ketika proses pelaksanaan pemilu ini dihiasi dengan praktik yang tidak wajar, maka sejarah kelam akan menjadi catatan hitam penuh kesedihan. Kita tidak ingin itu, cukuplah sejarah kelam masa lalu menjadi cermin untuk kita maju ke depan.
Kesadaran terhadap pentingnya dinamika politik termasuk bagaimana menjadikan momentum ini sebagai arena yang harus direspon positif oleh semua warga bangsa. Momentum politik seperti ini menjadi arena yang harus dianggap sebagai sebuah pesta. Pesta yang menggembirakan. Pesta yang akan menghantarkan anak bangsa menjadi pemimpin negara yang begitu penuh dengan kekayaan sumberdaya ini.
Tidak boleh salah dalam menjadikan momentum baik ini. Kesempatan yang tidak akan mungkin kembali lagi. Kesempatan mengajak generasi untuk terlibat secara baik dalam menjadikan bangsa ini bangsa yang berdaya saing, bangsa yang mengagumkan sekaligus bangsa yang membanggakan.
Memotret Ijtihat Politik Jokowi.
Dalam kesempatan membuka acara pembekalan caleg Partai Hanura, tgl 7 November 2018, Jokowi mengajarkan beberapa cara dalam pemenangan pemilihan legislatif.
Dalam cara pandang kuno, secara Jokowi kader partai lain, tetapi saat yang bersamaan mengajarkan strategi pemenangan kepada partai lain. Ini kan luar biasa. Betapa Jokowi tidak hanya menjadi presiden, tetapi saat yang bersamaan menjadi guru bagi banyak kalangan. Guru bagi pengusaha, guru bagi politisi muda yang ingin berkiprah di panggung politik.