Pertama, kata-kata Hananya tak sesuai dan bertentangan dengan tradisi propetik yang mereka hidupi (ay. 8-9). Kedua, waktulah yang akan menunjukan kebenaran dari pewartaan itu [10].
Dalam tradisi kuno Israel, seorang nabi selalu menubuatkan malapetaka dan penyakit sampar, dan jarang untuk menubuatkan perdamaian dan keseimbangan, dan bila hal itu yang dibuat, maka orang yang mendengar harus berhati-hati sampai nubuat itu terpenuhi.
Yeremia menegaskan bahwa tanda bukti bagi nubuat yang asli adalah kepenuhan, dan hal ini sesuai dengan aturan yang diajukan dalam Ul 18, 21-22. Dengan mengingat nabi-nabi sebelumnya seperti Amos, Mikha, dan mungkin juga Hananya, Yeremia menunjukan bahwa sejatinya tugas para nabi adalah menjadi penjaga Israel (ay. 8).
Sampai pada tahap ini sebenarnya Yeremia mengetahui dengan persis akan bahayanya perdebatan yang mereka langsungkan.
Umat yang menyaksikan dapat menjadi berpindah haluan kepada siapa mereka harus bertumpu.