“Kita tidak bisa lagi berlindung pada hal-hal yang secara logika tidak pas. Karena hal sekecil apapun kekurangan yang ada dapat diketahui masyarakat. Misalnya, di suatu bandara atau pelabuhan, ada penumpang yang menemukan sampah, binatang seperti kecoa atau pelayanan yang tidak ramah, maka itu akan cepat menyebar ketika penumpang itu mengunggah foto dengan diberikan narasi ke media sosial. Oleh karena itu tentunya pelatihan ini menjadi penting, karena di situlah (bandara dan pelabuhan) pelayanan betul-betul dilakukan,” terang Djoko.
Sementara itu, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Sugihardjo. mengatakan, konsep dari pendidikan ini adalah untuk membentuk kepemimpinan yang profesional melalui pendekatan SMART yaitu Spesific, Measurable, Attainable, Relevant dan Time Based. Menurut Sugihardjo, untuk mencapai kepemimpinan yang SMART, setiap pemimpin harus betul-betul mengetahui tugas pokok yang dikerjakan. Sehingga kegiatan ini dilakukan untuk dapat mengakselerasi potensi yang dimiliki oleh tiap peserta agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinan yang profesional.
“Kalau SDM nya profesional menyebabkan kita bisa melangsungkan pekerjaan secara profesional. Disamping itu, berkaitan dengan prosedur birokrasinya yang diminta adalah birokrasi yang lebih sederhana dan lebih bisnis friendly, menjadi kondusif terhadap investasi dan proses bisnis. Karena itu Pak Menhub juga mengharapkan bahwa leadership di seluruh jajaran di sektor transportasi ini terus dikembangkan,” tambahnya.