Untuk mengetahui, apakah benar tidurnya orang di bulan puasa Ramadhan adalah ibadah?. Awal mula pernyataan tersebut ditelusuri dari hadis yang diriwayatkan oleh Baihaqi. Artinya: “Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan, do’anya dikabulkan, dan dosanya diampuni,”.
Meski ungkapan tersebut berasal dari hadis yang sahih, tetapi jangan disalahartikan. Tidur selalu menjadi alasan untuk mendapatkan pahala. Kecuali disepanjang mata terbuka dia selalu berpotensi membuat dosa atau melakukan hal-hal yang dapat merusak nilai ibadah puasa, maka tidur menjadi solusi terbaik untuk dilakukan dan ini esensinya bahwa tidur adalah ibadah.
Namun sepanjang kita bias melakukan amalan yang lebih baik dan bermanfaat kenapa tidak. Ini perlu diketahui, sebagaimana adab menjalankan puasa adalah tidak terlalu banyak tidur siang hari. Seperti dijelaskan oleh imam Al-Ghazali berikut ini: “Sebagian dari tata krama puasa adalah tidak memperbanyak tidur di siang hari, hingga seseorang merasakan lapar dan haus dan merasakan lemahnya kekuatan. Dengan demikian hari akan menjadi jernih” (Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumid Din, juz 1, hal. 246).
Dari situ bisa diambil maknanya bahwa bukan berarti selama puasa hanya menghabiskan waktu dengan tidur-tiduran sepanjang waktu. Alangkah baiknya diisi dengan beragam kegiatan ibadah. Karena, tujuan puasa mengendalikan hawa nafsu. Saat mata tak terpejam, puasa yang dijalani bisa dirasakan, manusia jadi sadar bagaimana rasanya haus dan lapar serta cara mengendalikannya.