Direktur Dian juga menekankan, melalui SGTS, pihaknya berkomitmen untuk menghargai keanekaragaman bahasa di Asia Tenggara. “Kami juga mendorong pemeliharaan bahasa lokal sebagai identitas budaya yang kaya dan bernilai. Kami menyadari pentingnya inovasi dalam pembelajaran bahasa yang dapat mendukung munculnya metode-metode baru dalam proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan,” jelasnya.
Dian juga menegaskan bahwa program lokakarya ini merupakan salah satu upaya untuk memajukan dan menginternasionalkan bahasa Indonesia. “Kegiatan ini merupakan representasi dari pemerintah Indonesia dalam memperkenalkan bahasa Indonesia kepada dunia,” tutur Dian.
Kemudian, penanggung jawab program SGTS, Deputi Direktur Program SEAQIL, Esra Nelvi M. Siagian, menyampaikan bahwa kumpulan praktik baik yang dilakukan oleh guru-guru nantinya akan dibukukan dengan harapan buku tersebut dapat menjadi contoh baik bagi guru lain. “Praktik baik harus menyenangkan dan bermakna,” tegasnya.
Esra juga menguraikan bahwa SGTS sudah dilakukan sejak tahun 2014 dimulai dengan SGTS di Indonesia dan dilanjutkan ke negara Asia Tenggara lainnya, yakni Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, dan Vietnam.