Ternak Warga Dimangsa Macan, Prajurit Denharrahlat Kostrad Turun Tangan

oleh
oleh

Bernard T. Wahyu Wiryanta, fotografer dan peneliti satwa liar Sanggabuana yang ikut melakukan ground check bersama Denharrahlat Kostrad menduga satwa liar yang menyerang ternak ini adalah karnivora besar jenis macan tutul jawa (Panthera pardus melas). “Dari luka-luka yang ditinggalkan di ternak yang mati, luka di leher, dan ada bagian paha belakang yang hilang, ini adalah pola dan karakter serangan karnivora besar seperti macan tutul jawa. Mereka akan menerkam leher untuk mematikan mangsanya, kemudian pola makannya dimulai dari bagian dalam isi perut dan/atau kaki atau paha bagian belakang dulu. Bisa kemudian ditinggal dan diteruskan sampai habis di lain waktu, atau diangkut ke atas pohon,” terang Bernard yang menjabat sebagai Dewan Pembina di SCF.

“Bahwa dari trend 3 tahun terakhir, kejadian konflik satwa liar di Sanggabuana terjadi pada puncak musim kemarau, dan untuk 3 tahun terakhir kejadian ternak dimangsa macan tutul ini karena induk macan tutul sedang mengasuh anak-anaknya dan mengajari anaknya berburu dan memangsa satwa buruan,” ujarnya.

“Kejadian sebelumnya, di lapangan kami temui jejak dari beberapa ekor individu dengan ukuran berbeda. Di Sinapeul, ada 1 jejak dengan ukuran besar, dan 2-3 jejak lain berukuran kecil. Ini adalah jejak induk macan tutul jawa dengan anak-anaknya. Biasanya untuk mengajari berburu, ketika susah mendapatkan mangsa satwa liar, induk ini akan menggunakan ternak warga sebagai prey atau mangsanya,” tutup Bernard.

No More Posts Available.

No more pages to load.