Namun menurutnya, aksi penutupan akses tersebut kembali terjadi pada tanggal 22 Oktober 2024. Dimana pada saat itu, salah satu pegawai Anne hendak menjemput cucunya, namun tidak diperbolehkan.
“Disitu lah saya membuat kembali Video dan saya viralkan lagi. Setelah video itu viral, mereka membukakan pintu atau akses jalan, namun ada ancaman berupa Pesan kepada saya yang menyatakan bahwa mereka akan lebih gila lagi jika saya terus memviralkan video tersebut,” papar Anne.
Kemudian, pada tanggal 24 Oktober 2024 setelah pintu atau akses jalan dibuka, Kata Anne, barulah Ia dikunjungi oleh pihak kepala desa, camat dan banjar setempat untuk dimintai keterangan terkait Video yang viral. “Barulah kemudian keluar pernyataan bahwa tidak ada penutupan akses, bahkan menduga saya menyebar hoax atau fitnah,” ujar Anne.
“Sangat disayangkan ketika berita Pak Camat hanya memberikan keterangan setengah- setengah tanpa melihat kejadian sebelumnya, hingga akhirnya saya memberanikan diri membuat Video,” tambah Anne yang juga menyebut bahwa dampak dari kejadian tersebut adalah anak- anak terpaksa tidak pergi sekolah selama beberapa hari dan hal tersebut bisa di cek di sekolah SMP Gusti Ngurah Rai Kerobokan.
Terakhir, Anne meyakini bahwa atas semua pernyataannya tersebut, Ia memiliki bukti. “Saya dan keluarga mempunyai banyak bukti terkait penutupan akses dan intimidasi yang kami rasakan di Villa,” pungkasnya.