“Beliau berani membuka kasus beras oplosan, menutup kios pupuk yang menjual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET), bahkan memecat pegawai yang terbukti bermain dengan mafia pangan. Ketegasan seperti ini jarang kita temui,” tegas Debby.
Debby merujuk kepada berbagai hasil survei publik yang menempatkan Andi Amran Sulaiman dalam jajaran Menteri Kabinet Merah Putih yang berprestasi dan berkinerja baik.
Selain itu, Debby menilai dukungan internal di Kementerian Pertanian terhadap Mentan Amran sangat solid.
“Para pegawai melihat langsung bagaimana Amran bekerja siang malam mendorong swasembada pangan. Sementara petani merasakan dampaknya secara langsung, dari turunnya harga pupuk bersubsidi hingga meningkatnya hasil panen,” ucapnya.
Menurut Debby, kebijakan penurunan harga pupuk bersubsidi hingga 20 persen menjadi salah satu kebijakan paling dirasakan manfaatnya oleh petani. “Langkah ini membuat biaya produksi petani jauh lebih ringan. Petani sekarang bisa menanam lebih luas karena pupuk lebih terjangkau,” katanya.
Selain itu, kebijakan harga gabah minimal Rp6.500 per kilogram yang dijalankan pemerintah menjadi bukti nyata keberpihakan terhadap petani. “Harga gabah yang stabil di level Rp6.500/kg memberikan kepastian pendapatan bagi petani. Mereka tidak lagi was-was harga anjlok saat panen raya,” ujar Debby.
Menurutnya, kombinasi antara turunnya harga pupuk dan stabilnya harga gabah membuat semangat petani bangkit kembali. “Kebijakan seperti ini sangat nyata dampaknya. Bukan narasi atau janji, tapi terasa di sawah dan di dompet petani,” tambahnya.
Debby juga menilai wajar jika pegawai Kementan merasa tersinggung dan marah atas pemberitaan Tempo yang dianggap tidak menghargai jerih payah mereka.






