Yesaya mampu menyelami dan memahami nyanyian kekasihnya, bahwa kebun anggur itu adalah umat Tuhan. Tuhan begitu mengasihi umatNya tetapi umat selalu hidup dalam kedegilan.
Setiap kali mendengar umat Tuhan maka kita akan segera membayangkan orang Israel, Bait Suci, imam-imam, tua-tua, para pejabat dengan peraturan-peraturannya, dan pertikaian. Semua itu adalah realita dari kehidupan umat Tuhan.
Umat Tuhan ada karena ‘panggilan Tuhan’ yang menghimpun dan menuntunnya. Panggilan untuk ditugaskan kepada maksud dan tujuan Tuhan. Yesaya mengungkapkan hubungan Tuhan dengan umatNya melalui perumpamaan.
Perumpamaan atau lambang itu hanya mampu mengungkapkan “Citra’. Pengungkapan umat Tuhan melalui perumpamaan (citra) di dalamnya selalu terkandung pesan pertobatan atau semangat pembaharuan/perbaikan.
Dengan kata lain, citra umat Tuhan selalu bersifat eskatologis ; mengandung unsur ‘sudah’ tetapi sekaligus ‘belum’. Misalnya, ‘Apakah Gereja sudah tubuh Kristus ?’ Alkitab menyebutnya ‘sudah’ tetapi sekaligus ‘belum’, karena gereja adalah manusia, bukan Tuhan.