FWBB Menggelar Diskusi Publik Bertema Sosok Ideal Pemimpin Kabupaten Bogor

oleh
oleh

Yang terakhir adalah Caritas, Caritas merupakan bahasa latin yang berarti cinta kasih (berbagai sumber-red), yaitu pemimpin yang betul-betul bekerja melayani rakyat.

Untuk tokoh bangsa yang memiliki sifat Caritas ini, DR. Trubus menggambarkan sosok pemimpin D.I. Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

“Bagaimana Sri Sultan Hamengkubuwono IX benar-benar dicintai rakyatnya karena pengabdiannya dalam melayani masyarakat,” sebut DR. Trubus Rahardiansyah.

Terkait Pilkada 27 November mendatang, sambung DR. Trubus, sosok pemimpin Kabupaten Bogor diharapkan memperhatikan Aglomerasi sebagai konsentrasi spasial dari aktivitas ekonomi di kawasan perkotaan. Mengingat sekarang ini Jakarta bukan lagi sebagai ibu kota negara.

“Sekarang Kabupaten Bogor bukan daerah penyangga ibu kota negara. Jadi dibutuhkan sosok pemimpin yang dapat memberi warna baru demi kemajuan wilayahnya. Salah satu cara dengan mengembangkan/meningkatkan UMKM, sehingga dapat menyerap banyak tenaga kerja. Jadi masyarakat tidak perlu bekerja ke luar daerah,” pungkas DR. Drs. Trubus Rahardiansyah.

Sementara itu Sejarawan dan Budayawan asli putra daerah, TB. AMF. Atma Wijaya atau yang akrab disapa Kang Endoh berharap siapapun sosok pemimpin jangan hanya datang ke pelosok saat berkampanye karena ingin mendapatkan suara.

Tolong perhatikan sejarah dan budaya kearifan lokal, mari kita jaga sumber daya alam kita, terutama sumber air. Agar generasi kita kedepannya dapat memanfaatkan dengan baik pula.

“Jangan hanya memanfaatkan sumber daya alam tanpa bisa menjaganya. Perhatikan juga sejarah dan budaya. Ingat negara yang besar adalah negara yang tidak pernah melupakan sejarah,” tegas Kang Endoh yang asli putra daerah Jasinga.

Sebagai narasumber di bidang hukum, Deolipa Yumara, memberikan pandangan terkait kriteria sosok pemimpin ideal secara umum dengan berharap agar calon yang terdaftar dan terpilih nantinya dapat lebih amanah, jangan sampai bermasalah dengan hukum, karena itu sangat mencederai hati rakyat.

“Majulah dengan hati yang bersih, untuk memajukan Indonesia, khususnya wilayah yang dipimpin kelak. Semoga siapapun nanti yang akan memimpin Kabupaten Bogor ini dapat menjalankan amanah sebaik mungkin. Karena pengaruh negatif saat menjabat pasti selalu ada. Sifat serakahlah yang selalu menggiring seorang pejabat itu terjerat dalam pusaran kasus, dan pastinya ada konsekuensi hukum terkait hal itu,” ujar Deolipa Yumara.

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.