Dengan selesainya Tahap I tersebut, Kilang Cilacap telah dapat memproduksi produk yang lebih ramah lingkungan, yakni Green Diesel dengan kandungan sulfur setara Euro V dengan kapasitas produksi 2500 BPD dan telah mendapatkan pengakuan sertifikat International Sustainability Carbon Certification (ISCC).
Selain itu, dari unit yang sama, Kilang Cilacap saat ini juga telah berhasil memproduksi Sustainable Aviation Fuel (SAF) .
“Uji coba penerbangan perdana menggunakan bahan bakar nabati, campuran Bioavtur 2,4% yang dikenal dengan SAF 2.4J telah terlaksana menempuh jarak Bandung – Jakarta menggunakan pesawat CN235 pada 6 Oktober 2021. SAF menghasilkan emisi lebih rendah, yaitu 0.2948 kg CO2 Eg/liter dibandingkan Avtur Fossil 0.2995 kg CO2 Eq/liter,” jelas Taufik.
Lebih lanjut, Taufik menjelaskan kilang lain yang dimiliki Pertamina. Kilang Balongan yang terletak di Indramayu, Jawa Barat merupakan kilang yang memiliki nilai Nelson Complexity Index (NCI) tertinggi dibandingkan dengan kilang-kilang lainnya.
NCI adalah indeks kompleksitas suatu kilang, di mana semakin tinggi angkanya, maka kilang itu semakin menghasilkan lebih banyak produk berkualitas dengan proses produksi yang lebih efisien.
Saat ini, nilai NCI Kilang Pertamina Balongan adalah 11.9, tertinggi di antara semua kilang Pertamina. Kilang Balongan sendiri setelah dilakukan pengembangan yang telah selesai Februari 2022 lalu memiliki kapasitas sebesar 150 KBPD yg sebelumnya 125 KBPD.
Baca Juga: Dokter berkata: Tidak perlu minum pil diabetes setiap hari![AD]
“Kilang Balongan saat ini memproduksi beragam produk, antara lain: Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo, Solar, Pertamina DEX, LPG, Propylene, Avtur serta produk specialty chemical untuk keperluan industri Gas Oil for Antifoam (GO Foam),” ungkap Taufik.
Pada 2005 di Kilang Balongan dibangun unit KLBB (Kilang Langit Biru Balongan) guna memenuhi ketentuan bahan bakar yang ramah lingkungan bebas timbal.