Sekarang ini, lanjut Firdaus, tinggal jalur partai politik yang bulan September, artinya secara definitif oleh KPU akan cepat diketahui.
Misalkan nama Calon Gubernur dan Wakil Gubernur seperti Basuki alias Ahok, Sandiaga Uno, Saefullah, Risma, Djarot Saeful ternyata dukungan dari partai 22 kursi, maka pilikada Jakarta bukan saja menarik tapi juga menjadi kerawanan yang panas, namun demikian para calon tersebut telah mempretasikan dari aliran politik serta primordial.
“Ini tidak bisa di hindari karena fakta politik rill seperti itu,” tegas Firdaus yang juga pengajar ilmu politik.
Masalahnya dijelaskan lebih jauh adalah bagaimana DKI kedepan, DKI yang majemuk, DKI Mulitiforce, DKI terasnya ibukota, kita butuh Gubernur dan Wagub yang mampu membawa masyarakat Jakarta modern dan maju tapi juga beradab, serta seluruh elemen masyarakat jakarta terakomodasi dan terwakili.
Para calon juga harus menyadari selain itu di kantong-kantong Jakarta yang besar masih ada garis kemiskinan, mereka adalah bagian dari warga Jakarta bukan saja mereka menikmati pembangunan Jakarta tapi juga di manusiawikan.