Peluang, walau hanya sebesar lubang jarum, tentu masih terbuka. Karena dalam politik semua bisa terjadi.
Masih tersisa empat partai: PKB, Partai Demokrat, PAN, dan PPP yang sampai saat ini belum secara resmi mengumumkan siapa yang akan ditampilkan sebagai kandidat calon presiden.
Walau Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dalam sebuah acara talk show telah secara terbuka menyatakan kesiapan dirinya (hanya sebatas) untuk mendampingi Jokowi sebagai calon wakil presiden, PKB sendiri sebagai partai belum secara resmi memberi dukungan kepada Jokowi maupun calon yang lain.
Di sisi lain, Partai Demokrat, PPP dan PAN, memberi signal kuat bahwa Ketua Umum dari ketiga partai ini tidak berniat maju sebagai kandidat calon presiden pada Pilpres 2019.
Ketiga partai ini cenderung berharap dapat menawarkan jagonya untuk mendampingi Jokowi. Dalam situasi seperti ini, Gatot menjadi masih berpeluang untuk tampil. Tentunya dengan persyaratan: bila Demokrat, PAN, PKB, dan PPP membentuk poros baru dan memberi Gatot peluang untuk maju sebagai capres poros baru ini.
Pintu alot Gatot akan terbuka dengan tidak terbaca akan sulit dibuka dan mempersilakan Gatot masuk adalah melalui pintu partai Demokrat.
Karena mempersilahkan Gatot kali ini akan berdampak pada situasi tak bisa menguntungkan bagi SBY untuk kelak memuluskan pencalonan sang putra AHY.
Sementara tahun 2019 merupakan target bagi SBY untuk bermain “Now” or NEVER mendorong AHY menjadi orang nomor satu di Republik ini.