Memulai semua dari nol, belajar dari teman yang sepekerjaan adalah caranya mendapatkan keterampilannya. “Awalnya berat,tapi lama-lama saya terbiasa. Karna hanya ini yang bisa saya lakukan untuk mencukupkan keluarga saya,” katanya sambil tersenyum lelah.
Djudju tidaklah hidup sendiri, dia memiliki istri dan tiga orang anak. Tapi sayangnya, istrinya lebih dulu menghadap Sang Pencipta dan meninggalkannya. “Anak saya ada tiga, yang paling besar perempuan,sudah menikah dan tinggal bersama suaminya, anak kedua saya sudah menikah juga dan menjadi karyawan swasta dan yang ketiga masih lajang dan bekerja menjadi salah satu karyawan swasta juga,”
Meskipun bekerja untuk membuat rumah orang lain menjadi indah dan nyaman, tapi rumahnya sendiri jauh dari kata indah.
Rumahnya hanya rumah petak yang memiliki satu kamar tidur, dapur, kamar mandi yang benar-benar seadanya. “Yang penting saya tidak kehujanan, menjadi tempat berlindung dan beristirahat saya,” ujarnya.
Memulai setiap pagi dengan beribadah terlebih dahulu, lalu memulai kegiatannya dengan mempersiapkan peralatannya untuk membenarkan rumah yang satu dan yang lain.