Jakarta, sketsindonews – Ini sebuah ceritera sebuah “the real of life” kekuatan do’a seorang ibu yang masuk kemeja redaksi sketsindonews. com dan perlu untuk menjadi renungan.(16/9)
Pada tahun 1980 an diri saya alami kebangkrutan dalam usaha. Saya pun gunakan tenaga yang ada berdagang antar pulau. Target saya adalah pulau terluar yang tidak ada komunikasi dengan dunia luar.
Kalau bisa pulau itu engga kenal uang. Sebelum berangkat saya sudah punya rencana apa saja komoditas yang menjadi target saya. Jadi dengan menyewa KLM ( Kapal Layar Mesin), saya berlayar ke target setelah dapat informasi dari ABK tentang potensi pulau itu.
Waktu berangkat, saya membawa kebutuhan pokok yang akan dibarter dengan komoditas dari penduduk pulau. Seperti Kopi bubuk, gula, garam, dan beras.
Hampir pulau terluar pernah saya kunjungi. Tadinya saya sewa, akhirnya saya bisa punya sendiri dan menakhodai sendiri kapal itu.
Sebetulnya inilah cara saya fundrasing untuk memulai business lagi. Untungnya sangat besar. Saya beli lola ( keong ukuran besar ) 3 kwintal di puluar terluar Enggano. Itu saya tukar dengan 10 KG gula pasir dan 2 Kg Kopi bubuk ,dan Rokok Djambu satu pak.
Anda ingin tahu berapa saya jual lola itu sekilo ? Rp. 7.500. jadi 3 kwintal seharga Rp. 22 juta. Belum lagi komoditas lain seperti damar mata kucing , rumput laut, batu apung.
Suatu hari, ketika kapal memasuki teluk Jakarta, setelah berlayar dari Pulau Pagai, saya serahkan kemudi kepada ABK, untuk siap siap ganti pakaian. Karena sebentar lagi akan ada pedagang China yang akan datang kekapal untuk meriksa muatan kapal dan transaksi di lakukan diatas kapal. Ketika itu jam 2 pagi. Terdengar suara keras dari lambung kapal, Saya sempat terhuyung dan terdorong.
Segera saya naik keanjungan. Mesin kapal kehilangan daya dorong. Saya sadar kapal duduk diatas batu karang. Saya menghela nafas. Segera saya perintahkan kepada ABK untuk segera lompat ke laut. Karena sebentar lagi kapal akan pecah dihantam gelombang. Itu akan berbahaya kalau kami masih di dalam kapal.