Setahun Anies Bertahan dan Bertekuk Lutut Kepada Taipan

oleh
oleh

Jakarta, sketsindonews – Sebuah tulisan yang di kiim ke meja redaksi terkait mega proyek reklamasi pulau C. D dan G yang kini alhirnya di lanjutkan larena sudah menjadi bubur sejak ijin reklamasi di lakukan pemerintah. Kasus rekalamasi terus menjadi gorengan terlebih tulisan Aktivis senior Sri Bintang Pamungkas menyikapi reklamasi. (5/12)

Menururnya, suatu sistim yang harus memenuhi 17 syarat, misalnya, untuk mendapatkan the first best, ternyata satu saja syarat tidak terpenuhi, maka sistim tidak mungkin akan mencapai the first besr. Demikian pula suatu sistim yang terdiri dari 17, misalnya, elemen. Satu saja elemen tidak berfungsi, maka seluruh sistim akan samasekali breakdown atau gagal bekerja, dan harus dibuang.

Sekarang, 17 pulau-pulau Reklamasi itu, katanya akan mencapai tujuan Reklamasi sebagaimana pernah diangan-angankan di jaman Pak Harto. Ternyata 13 dari 17 Pulau-pulau itu harus di abandon atau dihancurkan, ungkapnya

Tiga-perempat dari bagian Sistim Reklamasi itu harus dibuang dan dibongkar Apakah sisanya yang 1/4 bagian masih bisa dipakai untuk mencapai tujuan reklamasi?!

Tentu tidak! Sisanya yang 4 Pulau itu pun harus dibuang, dibongkar dan dihancurkan. Kalau tidak, maka dia akan merusak lingkungan dan lain-lain dengan biaya yang sangat besar! Ini yang tidak pernah dikira dan diperhitungkan oleh Gubernur DKI Anies Baswedan, ujar Sri Bintang.

Kasus Pembatalan Mega Raksasa

Mestinya Anies sudah Baswedan mendengar banyak pihak proyek besar di dunia ini yang menjadi batal karena tuntutan masyarakat, terutama penduduk setempat dengan alasan pencemaran lingkungan. Belum lama ini Presiden Perancis Emmanuel Macron membatalkan Proyek Pembangunan Lapangan Terbang NDDL,

Notre-Dame-Des-Landes, di Perancis Bagian Barat. Proyek yang sudah akan dibangun setelah bersitegang dengan penduduk selama 50 tahun dengan biaya tambahan 700 juta USD itu akhirnya dibatalkan pemerintah.

Masyarakat, khususnya petani dan aktivis lingkungan, menduduki wilayah pertanian seluas 1.600 hektar dan melawan polisi. Pemerintah akhirnya menyerah dan mempertahankan wilayah tersebut tetap untuk pertanian.

Presiden Obama pada 2015 juga menunda proyek jaringan pipa minyak tahap 4 sepanjang ribuan kilometer dari Hardisty, Alberta, di Kanada sampai Steele City, Kansas. Selain mendapat tentangan dari petani dan environmentalists, juga Obama menyatakan Proyek Keystone XL Pipeline milik Trans-Canada Corp itu tidak bermanfaat bagi AS.

Hampir bersamaan waktunya, perusahaan minyak Belanda, Shell, juga membatalkan pengeboran minyaknya di wilayah Arctic, Alaska, sesudah menghabiskan biaya 7 milyar USD.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.