“Kalo terjadi insiden bukan hanya karena adanya semata provokasi, namun pihak pihak di level ini (red.satpol dan camat) tidak bisa mempelajari kultur Tanah Abang yang sebenarnya mampu mengutamakan jalur dialogis.”
Pertama, banyak pemuda dan tokoh Tanah Abang tidak di libatkan dalam menunjang peran serta dalam proses penataan kawasan.
Kedua, sosialisasi dan pendekatan kultur cara – cara persuasif tak pernah di gunakan seolah warga Tanah Abang tak bisa menata wilayah secara partisipatif, jelas Deni.
Sementara Ketua Lembaga Pemantau Pengawasan Aparatur Daerah (LP2AD) Victor Irianto Napitupulu beranggapan insiden itu sebenarnaya menjadi warning pihak pemerintah Kecamatan atas tindakan dari upaya asal penertiban tanpa melihat ekses pysicologis serta pendekatan dialogis, ucapnya.