“Barang siapa yang dapat menerima wahyu tersebut kelak keturunannya akan menjadi raja di tanah Jawa,” ujar Yanto seraya mengatakan berita itu diterima oleh semua titah Ngarcapada melalui wangsit, seperti Duryudana dan Arjuna.
Kemudian Prabu Duryudana mengutus Adipati Karno, dan Arjuna berangkat sendiri-sendiri untuk mencari wahyu tersebut, dengan memperbanyak bertapa, dan sayangnya Adipati Karno tidak berhasil mendapatkan wahyu. Karena dilereng Gunung Kutharunggu dia sudah dihadang oleh Hanoman dan saudara Tunggal Bayu sebagai cantrik-cantriknya Resi Kesawidi, yang menjaga pertapaan Kutharunggu atau Swelagiri.
Pertarungan pun tak dapat terhindarkan, menurut Yanto, Adipati Karno kemudian menggunakan pusaka panah Kunta Wijaya Danu namun disaut oleh Hanoman dengan maksud senjata tersebut akan diberikan kepada Resi Kesawidi dan selanjutnya diberikan kepada Arjuna.
“Kemudian diakhir pertapaanya di Kutharunggu, Hanoman menghadap Resi Kesawi dengan maksud menyerahkan Pusaka Kunta Wijaya Danu kepada Resi Kesawidi,” ucap Yanto sambil memohon agar diberikan jalan kematian karena saudara-saudaranya sudah gugur dimedan perang, brubuh alengka atau jaman Ramayana sudah berakhir, tetapi dia belum mati.
“Namun oleh Resi Kesawidi Hanoman kena marah. Kenapa? karena merebut senjata Kunta Wijaya Danu bukan ditadahi dada, mungkin bisa jadi lelantaran kematian tapi tidak dilakukan oleh Hanoman,” ucapnya
Selanjutnya Yanto bilang, menurut Resi Kesawidi atas kesalahan Hanoman tersebut Ia tidak akan mati, sebelum menikahkan warengnya Arjuna bernama Prabu Jayabaya dikerajaan Kediri.
“Kemudian Hanoman diperintahkan kembali untuk bertapa dan menjaga kuburannya Perabu Dasamuka di Gunung Sumowono yang berdekatan dengan Gunung Kendalisodo tempat pertapaan Hanoman”.