Untuk itu kita semakin percaya diri, pasti mampu melalui bencana ini dalam waktu cepat dengan korban seminimal mungkin.
Teringat pidato Bung Karno pada tahun 1950 an, yang mensitir perkataan filsuf Tiongkok terkenal, Kong Fu Tze; tiga prasyarat utama suatu negara kuat, adalah : Tentara (militer), Sandang-Pangan (ekonomi), dan Kepercayaan/Keyakinan (believe). Untuk memastikan adanya keyakinan dan kepercayaan masyarakat kepada pemimpinnya dalam menghadapi isue wabah, Presiden Soekarno menunjukkan sebagai pemimpin yang menyadari arti pentingnya kesehatan bagi ketahanan bangsa, pada 12 November 1959, memimpin secara langsung gerakan pemberantasan penyakit menular Malaria, dengan penyemprotan sarang nyamuk, di desa kalasan, yogyakarta.
Keberhasilan menekan jumlah penderita wabah malaria ketika itu, dirasakan masyarakat sebagai bentuk perlindungan, sehingga tanggal tersebut ditetapkan HARI KESEHATAN NASIONAL.
Mengingat saat ini sampai dengan tahun 2035 Indonesia mengalami “Bonus Demografhi, sejalan dengan Kabinet Indonesia Maju bertekat untuk dapat menjadikan Indonesia sebagai negara yang pendapatan rata-rata masyarakatnya (PDB) rendah yang berkecenderungan miskin (1.006 dollar AS – 3.955 dollar AS), dapat meningkat menjadi menegah berkecenderungan tinggi (3.956 dollar AS -12.235 dollar AS) pada tahun 2024. Sehingga Indonesia dapat melepaskan diri dari jebakan “middle income trap” yang dialami sejak tahun 1996.
Upaya gotong royong semua pihak secara nasional yang didpimpin oleh pemerintah dalam memastikan terwujudnya kualitas manusia Indonesia yang berdaya saing, melalaui adanya kepastian kinerja pembangunan yang terbaik pada bidang kesehatan dan pendidikan.
Sehingga dapat memastikan optimalisasi “Bonus Demografi Indonesia”, bagi peningkatan produksi yang berdaya saing tinggi, sehinga mampu meningkatkan pendapatan, sekaligus meningkatkan kemampuan menabung masyarakat secara umum. Pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan dan cadangan devisa negara, maka visi Indonesia sebagai negara termaju no 4 dunia pada tahun 2045 dapat kita capai.
Ketepatan mempersiapkan dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan percepatan penanganan COVID 19, secara nasional berbasis wilayah otonomi Provinsi adalah yang terbaik saat ini. Semoga pelaksanaan “protokol baku” yang disesuaikan dinamika perkembangan wabah COVID 19 di semua wilayah Indonesia, dapat kita laksanakan secara GOTONG ROYONG dan DISIPLIN, di bawah koordinasi Satgas COVID 19, bagi kepentingan kita semua.
Dengan keasadaran bahwa “ketidakdisiplinan sedikit orang, akan menhancurkan semua usaha secara nasional dan global” dalam menghadapi pandemi bencana COPID 19.
Sebagai bangsa yang cerdas, menjadikan semua pengalaman menghadapi permasalahan yang terjadi, maka bencana pandemi COVID 19, yang terjadi saat ini terjadi seharusnya menyadarkan kita semua tentang strategisnya “Ketahanan Nasional Bidang Kesehatan”, mutlak harus dibangun sejak saat ini juga sebuah pusat reseach “Tropical Desease” yang menjadi penopang utama bagi “mitigasi” adanya ancaman wabah, sekaligus pengembangan produk vaksin dan obat dalam mengantisifasi ancaman potensi wabah penyakit apapun nantinya, yang sekaligus dapat dikembangkan bagi industri kesehatan dan atau kecantikan berbasis bahan baku lokal secara nasional.
Oleh: Hanibal Hamidi (Teknokrat Kesehatan Masyarakat)