Resmi, Terawan Agus Putranto Profesor Kehormatan Universitas Pertahanan

oleh
oleh
Profesor Terawan dengan peneliti utama vaksin nusantara Kolonel dr. Jonny, Sp.PD-KGH, M.Kes, MM. (Istimewa)

Kesehatan militer berpengaruh pada ketahanan kesehatan global dan nasional. Hal ini dapat kita lihat pada saat ini Pandemi COVID-19 berlangsung, virus Corona telah menurunkan kesiap-siagaan militer.

“Virus itu mampu menurunkan kemampuan negara-negara untuk maju dan menjadi sebuah ancaman keamanan nasional,” ujar dokter yang mengambil spesialisasi Radiologi Intervensi di Universitas Airlangga ini.

Dia melanjutkan, baik pandemi maupun perang adalah peristiwa yang memiliki konsekuensi biologis, politik dan sosial. Virus Corona mengingatkan semua negara bahwa peperangan di abad ke-21 telah berubah dan menempatkan kesehatan militer pada dimensi lain, yaitu bagian terdepan dan terpenting. Pertarungan melawan virus memberikan peluang untuk mengkaji ulang doktrik, praktik serta kebijakan militer yang ada.

Dijelaskan lulusan S3 Universitas Hasanuddin ini, salah satu alasan kesehatan militer dipanggil untuk menanggapi pandemi COVID-19 adalah karena militer memiliki keunggulan yaitu sistem penanganan kesehatan terintegrasi yang siap digunakan. Sistem kesehatan ini memiliki keunggulan dalam menanggapi pandemi berupa gelar cepat struktur kesehatan, jaringan dan keahlian logistik serta personel yang terlatih dan siap digerakkan untuk menangani krisis kesehatan yang kompleks baik dalam skala besar dan kecil.

Di ujung orasi ilmiahnya, Terawan mengungkit tentang kemandirian dan kedaulatan vaksin di Indonesia untuk mengatasi Pandemi COVID-19. Dalam hal ini, ia menyampaikan tentang pengembangan Vaksin Nusantara alias Vaknus yang dilakukan tim peneliti di bawah komandonya.

Vaksin berbasis sel dendritik adalah salah satu metode vaksin yang tergolong baru dikembangkan. Vaksin Nusantara dibuat dari sel yang berasal dari tubuh sendiri atau autolog sehingga efek sampingnya minimal.

Aplikasi sel dendritik sebagai pemicu imunitas sebagian besar dikembangkan sebagai imunoterapi keganasan, seperti kanker pankreas dan kanker paru. Dari rangkaian penelitian, sel dendritik dapat memicu respons imun seluler terutama melalui sel T CD8+. Metode ini aman dan tidak menimbulkan efek samping yang berat. Kejadian tidak diinginkan pun terbatas pada reaksi lokal dan sistemik ringan seperti nyeri pada bekas injeksi. Tidak terdapat kejadian tidak diinginkan serius yang dihubungkan dengan penggunaan vaksin sel dendritik. Uji klinis fase I dan II juga menunjukkan hal serupa.

“Keberhasilan pembuatan Vaksin Nusantara akan berkontribusi menyelamatkan banyak nyawa rakyat Indonesia. Keberhasilan ini jg iga menjadi kebanggaan kita bersama sebagai vaksin yang dibuat dan diproduksi di dalam negeri,” kata Terawan.

(Red)

No More Posts Available.

No more pages to load.