“Untuk peserta luring saja kami menargetkan ada sekitar 70 peserta dari Kabupaten Magelang. Sisanya yang secara daring melalui Zoom sudah mencapai sekitar 500 peserta dari seluruh Indonesia, maka kami menyediakan kuota peserta daring sekitar 1000 orang,” tutur Latif.
Manik Marganamahendra, Leader of Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC) menambahkan, kegiatan Youth Forum akan menjadi wadah produktif bagi anak muda untuk berdiskusi dan merumuskan aksi melalui deklarasi pengendalian tembakau.
“Jadi melalui deklarasi pengendalian tembakau ini akan membantu Gerakan Anak Muda untuk mengantisipasi dan melawan narasi-narasi menyesatkan dari industri rokok,” ujar Manik.
Pentingnya Gizi dan Kemandirian Ekonomi dari Jerat Rokok
Dalam sesi talk show, Peneliti muda Beladenta Amalia mewakili Institute for Global Tobacco Control dari Johns Hopkins University mengatakan pada 2019 sebanyak 1 miliar orang dewasa di seluruh dunia merokok, dengan prevalensi sekitar 500 juta orang tersebar di China, India, dan Indonesia. Kondisi inilah yang memicu luasnya lahan pertanian tembakau di Indonesia. Ia mengatakan perlunya pendekatan komprehensif dalam kebijakan transisi dari pertanian tembakau dengan melibatkan pendidikan, pelatihan, dukungan pemerintah, pengembangan pasar, dan advokasi. Sehingga langkah tersebut membantu generasi petani berikutnya dapat beralih dari menanam tembakau ke praktik pertanian yang lebih berkelanjutan dan beragam.
“Walaupun Indonesia sebagai eksportir tembakau terbesar keenam di Indonesia, kontribusi pertanian tembakau hanya 0,03 persen dari total produk domestik bruto, jadi dampaknya terhadap ekonomi tidak besar,” ujar Beladenta melalui Zoom.
Perwakilan Petani Muda dari Semarang Shofyan Adi Cahyono menambahkan dengan visi sociopreneur, ia mengalihkan lahan tembakau menjadi lahan pangan organik. Shofyan mengaku ia menyabet omzet yang lebih besar yakni Rp50-100 juta dibandingkan saat menanam tembakau.