“Saya berharap bisa menjadi guru yang lebih baik dan profesional,” ujarnya mengingat apa yang pertama kali terbayang dipikirannya ketika mengetahui informasi tentang PPG Prajabatan. “Selain itu, saya ingin meningkatkan kemampuan saya dalam mengajar, karena saya masih belum puas dengan kinerja saya,” imbuhnya.
Firu menjalani proses yang sangat panjang dalam PPG Prajabatan. Namun begitu, demi mendapatkan sertifikat pendidik, proses yang panjang itu justru semakin menambah semangatnya untuk mengembangkan diri. Ia bahkan mendapatkan lebih banyak pengalaman berharga dari apa yang pernah dipikirkannya. “Saya menerima banyak pengetahuan dan pengalaman baru,” akunya.
Salah satu hal yang sangat berharga bagi Firu adalah perubahan pandangannya perihal metode pembelajaran. Ketika mengikuti praktik lapangan PPG Prajabatan di sekolah mitra maupun domisili, untuk pertama kali ia melakukan kegiatan observasi. “Saya mengobservasi karakteristik peserta didik, bagaimana pembelajaran dan perangkat pembelajaran guru. Saya juga melakukan observasi lingkungan belajar dan lingkungan sekolah,” jelasnya.
Observasi yang dilakukan tersebut merupakan bekal yang sangat berharga untuk menentukan metode pembelajaran yang akan diterapkan kepada para murid. Dengan adanya suatu observasi maka seorang guru sedang berupaya memahami kekhasan masing-masing murid, sehingga capaian pembelajaran pada murid nantinya menyesuaikan dengan karakteristik mereka masing-masing. “Pengalaman itu membuat saya kini memiliki kemampuan dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi pada pembelajaran,” ungkap Firu.
Bertemu Guru Penggerak dan Membuat Truk Padi
Firu juga menjalankan praktik lapangan di SDN Ditotrunan 01, Kabupaten Lumajang. Sejak awal, ia memang sengaja memilih sekolah yang memiliki banyak prestasi. “Saya ingin menyerap ilmu dari sekolah tersebut,” akunya.
Di sekolah tersebut, ia bertemu dengan seorang guru pamong yang juga seorang Guru Penggerak. Namanya Subakri. Beliau merupakan guru berprestasi sering menjadi delegasi dan selalu mengikuti Lomba Karya Inovasi Pembelajaran (INOBEL) dan menjadi 10 besar tingkat Nasional. “Karena ada Pak Subakri, saya mendapatkan refleksi yang sangat saya butuhkan, terutama saat pelaksanaan pembelajaran terbimbing. Saya membuat RPP yang menurut saya sudah bagus, ternyata ketika dilihat Pak Subakri ada perspektif lain yang merubah mindset saya,” ujarnya.