Untuk itu, ia menantang masyarakat Bangka Belitung untuk mulai menanam sagu sebagai pangan alternatif yang bisa tumbuh dalam berbagai situasi.
“Sagu sebuah alternatif yang baik untuk dikembangkan sebagai komoditas alternatif pangan Indonesia, karena sagu ini pangan berkelanjutan dan menuju zero emisi 2060.
“Sagu ini kelebihan mau musim kering dan basah tumbuh juga. Saya mengajak mari kita bergerak semua,” katanya.
Dirinya juga mengapresiasi penanaman sagu yang dilakukan di lahan bekas tambang, sehingga bisa membantu mengurangi kerusakan lingkungan.
“Lingkungan Babel ini perlu perhatian, penanaman sagu di lahan basah ini bisa menjadi alternatif selain pangan juga bisa memperbaiki kondisi lingkungan.
“Karena sagu juga lebih mudah tumbuh di lahan basah seperti eks tambang,” katanya.
Sementara itu, Pj Gubernur Bangka Belitung Suganda Pandapotan Pasaribu mengatakan, jumlah lahan kritis di Bangka Belitung seluas 176.104 hektar.
“Ini salah satu alternatif karena sagu bisa tumbuh dan tidak merusak lingkungan yang masuk dalam kelompok palem.
“Sagu ini meskipun sudah panen masih bisa dimanfaatkan jadi berkelanjutan. Kita buat food estate perkebunan sagu akan lebih bagus,” ucapnya.