Buku Ilmiah Mengupas Tuntas Taman Bacaan dan Literasi

oleh
oleh

Buku setebal 272 halaman terbitan Endnote Press ini menegaskan pentingnya membangun budaya literasi dan taman bacaan berbasis edukasi dan hiburan. Sebagai obat “jalan sunyi” pengabdian di bidang literasi. Buku dengan ISBN: 978-623-99780-5-1 ini, menyajikan pengalaman konkret dalam menggerakkan literasi dan taman bacaan sebagai sentra pendidikan yang dipadukan dengan hiburan. Itulah yang disebut dengan teori “TBM Edutainment” sebagai model tata kelola dan pengembangan taman bacaan. Agar lebih diminati dan mengundang daya tarik anak-anak dan masyarakat. TBM Edutainment mampu menjadikan taman bacaan sebagai tempat yang asyik dan menyenangkan. Agar spirit literasi untuk semua dapat terwujud. Tentu, harus didasari oleh komitmen dan konsistensi sepenuh hati.

Pada buku ini, disajikan fakta miris realitas taman bacaan di Indonesia seperti: hanya 20% ruang baca taman bacaan yang memadai, 60% koleksi buku taman bacaan tidak memadai, 60% taman bacaan yang ada tidak punya dokumen legalitas, dan 70% taman bacaan yang ada di Indonesia hanya bisa membeli 1 dari 4 buku yang dibutuhkan. Bukti bahwa rasio kecukupan dana di taman bacaan tergolong memprihatinkan. Karenanya, gerakan literasi dan taman bacaan bisa lebih berdaya bila ada kepedulian dan kolaborasi dari berbagai pihak, terutama CSR korporasi dan keterlibatan komunitas atau relawan. Maka survei di buku ini menyebut, 70% dari TBM atau taman bacaan yang ada terkesan “mati suri”. Dibilang ada lembaganya tapi tidak ada aktivitasnya. Mungkin, karena taman bacaan dianggap sebagai kegiatan sosial sehingga cara mengelolanya pun bersifat sosial. Kadang buka, kadang tutup. Sebagian besar biaya operasionalnya pun keluar dari “kocek pribadi” pendirinya. Apalagi tidak mendapat dukungan dari pemerintah daerah setempat, di samping sulit memperoleh donasi buku bacaan. Maka wajarm tidak sedikit taman bacaan memang “mati suri”.

Kelebihan dari buku ini, antara lain: 1) menyajikan isi yang komprehensif yang terdiri dari: 30% praktik baik TBM, 15% kajian dan riset taman bacaan, 15% TBM Edutainment, dan 40% tantangan dan tips di taman bacaan, 2) bergaya bahasa berupa esai yang mudah dimengerti, 3) memuat riset dan realitas budaya literasi, dan 4) menyajikan “teori baru” dalam aktivitas literasi dan taman bacaan yang disebut “TBM Edutainment”. Kekurangannya terletak pada jenis kertas “bookpaper” yang kurang memadai dan menempatkan literasi dan taman bacaan sebagai jalan sunyi pengabdian.

No More Posts Available.

No more pages to load.