Terkhusus LPRA yang diusulkan SPI, dari 200 konflik agraria baru 2,5 persen yang dilakukan redistribusi dalam sepuluh tahun terakhir. Sehingga konflik masih terjadi di tanah seluas lebih 600.000 ha yang menjadi kehidupan sekitar 120.000 petani.
Henry menambahkan bahwa dari berbagai konflik agraria yang terjadi di tahun 2024, salah satu kasus yang mencuat adalah terjadinya perampasan tanah yang dilakukan oleh PT. Permata Hijau Pasaman 1 (PHP 1) yang merupakan anak perusahaan dari Wilmar Grup di Lokasi Prioritas Reforma Agraria (LPRA) Serikat Petani Indonesia (SPI) di Nagari Kapa, Sumatera Barat.
“Petani digusur, tanamannya dirusak dan tidak sedikit yang ditangkap. Mereka (PHP 1) melakukan penggusuran dan penanaman secara paksa dengan pengawalan aparat kepolisian di tanah dengan luas sekitar 600 hektare yang sudah ditanami padi sawah, jagung, pisang, dan tanaman pangan lainnya oleh petani. Sebanyak 40 unit bangunan/rumah petani dirusak dan dirobohkan. Kemudian 20 titik akses jembatan menuju ladang dirusak dan ditutup. Kerugian petani ditaksir lebih dari Rp. 2 miliar” Henry menegaskan.
Terkait kedaulatan pangan, SPI menyoroti beberapa fenomena yang sangat merugikan petani di tahun 2024 seperti impor pangan yang dipermudah, ketidakstabilan harga pangan dan makin masifnya privatisasi, liberalisasi dan korporatisasi pangan.
Henry mengatakan bahwa Impor pangan sebagai solusi palsu terus dikerjakan pemerintah. Terkhusus untuk pangan strategis seperti beras, kedelai, jagung, gula, daging sapi, bawang putih, dan garam.
“Kedelai pada rentang 2015-2024 Indonesia mengimpor antara 2-2,6 juta ton, jagung 1,9 juta ton pada tahun 2024, gula mencapai 5,4 juta ton, daging sapi 145 ribu ton, bawang putih 300-500 ribu ton per tahun, garam 2,4 juta ton dan beras realisasi impornya Januari-Mei 2024 sebanyak 2,755 juta ton, dan rencana Juni-Desember 2024 ada 1,596 juta ton dan masih dibuka peluang impor lanjutan sampai akhir tahun yang diperkirakan mencapai 5 juta ton”.
Henry juga memaparkan bahwa ketidakstabilan harga pangan menyebabkan petani merugi.