Kawasan Geopark Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, kembali menjadi sorotan nasional. Bukan karena keindahan alamnya semata, melainkan karena potensinya yang besar sebagai salah satu sumber daya energi tradisional Indonesia: sumur minyak tua. Hari ini, rombongan Koperasi Gerakan Relawan Nasional (Co-op GERNAS) yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum Gema Sasmita melakukan kunjungan lapangan untuk meninjau langsung aktivitas penambangan rakyat dan potensi kerja sama investasi koperasi dalam pengelolaan sumur-sumur tua tersebut.
Kunjungan ini merupakan bagian dari rencana strategis Co-op GERNAS untuk mengembangkan model ekonomi energi rakyat berbasis koperasi, sekaligus menyusun langkah nyata dalam pengentasan kemiskinan melalui sektor pertambangan.
*Potensi Besar yang Tersembunyi*
Wonocolo merupakan salah satu wilayah dengan jumlah sumur tua terbanyak di Indonesia. Berdasarkan data terbaru dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Timur dan SKK Migas tahun 2024:
Total terdapat 812 sumur tua di Bojonegoro yang tersebar di kawasan Wonocolo, Ledok, dan Kawengan.
Di kawasan Wonocolo saja, terdapat lebih dari 300 sumur yang masih aktif dikelola masyarakat secara tradisional.
Produksi harian berkisar antara 180–250 barel per hari, tergantung musim dan kondisi operasional.
Estimasi nilai ekonomi dari minyak mentah ini bisa mencapai Rp350–500 juta per hari, bila mengacu pada harga minyak mentah dunia per Agustus 2025 di kisaran USD 85 per barel.
Sayangnya, pendapatan masyarakat penambang masih rendah, sekitar Rp80.000–150.000 per hari, karena lemahnya akses pasar, alat kerja manual, dan sistem distribusi yang tidak berpihak.
Gema Sasmita: “Energi Rakyat adalah Jalan keadilan Sosial”
Dalam pernyataannya di sela kunjungan, Gema Sasmita, yang juga dikenal sebagai tokoh muda nasional, pengamat geopolitik energi, dan Ketua Umum Co-op GERNAS, menyampaikan pandangannya:
“Kita hari ini menyaksikan langsung bahwa energi tidak hanya berada di kilang-kilang besar, tapi juga di tangan rakyat. Di sini, di tanah Wonocolo, rakyat menggali energi dengan tangan mereka sendiri, tapi belum merasakan kesejahteraannya. Ini adalah ironi nasional yang harus segera diakhiri.”