Rumah Sakit Regional Aceh Tengah di Kecamatan Pegasing hingga kini belum juga beroperasi, meski telah resmi diserahterimakan dari Pemerintah Aceh kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah pada 9 September 2025 lalu. Aset senilai sekitar Rp151 miliar itu diserahkan langsung oleh Gubernur Aceh, Tgk. H. Muzakir Manaf, namun kondisinya justru memprihatinkan.
Pantauan di lokasi pada Sabtu (1/11) menunjukkan, bangunan megah tersebut tampak sepi tanpa aktivitas. Hanya satu petugas Satpol PP yang terlihat berjaga. Sejumlah fasilitas vital seperti instalasi listrik, kabel, dan peralatan pendukung lainnya hilang dan tidak terawat.
“Banyak kabel listrik yang hilang diambil pihak tak bertanggung jawab,” ujar Mubarak Zamzam, pemerhati layanan publik di Takengon.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan publik mengenai alasan Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah menerima aset rumah sakit dalam keadaan rusak berat dan belum siap beroperasi. Padahal, RSUD Datu Beru di Takengon kini sudah kewalahan menampung pasien.
RSUD Datu Beru disebut mengalami kelebihan kapasitas. Sejumlah pasien bahkan harus dirawat di dalam mobil karena ruang perawatan tidak lagi mencukupi. Rumah sakit tersebut melayani pasien dari lima kabupaten, yakni Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Tenggara, dan sekitarnya.
“RSUD Datu Beru sudah tidak sanggup menampung pasien. Kalau RS Regional Pegasing segera difungsikan, tentu akan sangat membantu,” tambah Mubarak.
Ia menilai, keterlambatan pengoperasian RS Regional Pegasing merupakan persoalan serius yang harus segera disikapi pemerintah daerah. Menurutnya, rumah sakit tersebut seharusnya menjadi solusi pelayanan kesehatan di kawasan tengah Aceh, namun kini terbengkalai dan rusak karena dibiarkan tanpa perawatan.
“Ini aset besar yang semestinya dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Pemerintah tidak boleh diam melihat fasilitas publik senilai ratusan miliar rupiah dibiarkan hancur begitu saja,” tegasnya.
