Dari Istiqlal, Seruan Memuliakan Guru dan Menghidupkan Cinta dalam Pendidikan

oleh -58 Dilihat
oleh

Lebih jauh, ia menguraikan tiga prinsip pendidikan dalam wahyu pertama, Q.s. al-‘Alaq ayat 1–5: iqra’ sebagai dorongan belajar aktif, al-qalam sebagai simbol pengetahuan yang terdokumentasi, serta kesadaran bahwa manusia pada hakikatnya tidak mengetahui apa-apa kecuali melalui proses belajar. “Dengan tiga prinsip ini, Islam membangun kerangka pendidikan komprehensif yang melahirkan insan beradab dan rendah hati,” tuturnya.

Memasuki tema Hari Guru Nasional yang diperingati setiap 25 November, Prof. Tholabi mengajak jemaah menjadikannya sebagai momen reflektif untuk memahami kembali kedudukan guru dalam konstruksi keilmuan Islam. Ia menyampaikan tiga makna filosofis, yakni: guru sebagai perantara ilmu, guru sebagai fondasi peradaban, dan guru sebagai teladan pedagogis yang diwariskan dari sifat-sifat Malaikat Jibril, yakni amanah, lembut, dan penuh kasih. “Penghormatan terhadap guru adalah bagian dari maqashid al-syari‘ah, yakni menjaga kehidupan ilmu,” ujarnya.

Dalam salah satu bagian terpenting khutbahnya, Prof. Tholabi menyoroti pentingnya merancang kurikulum pendidikan yang tidak hanya mentransmisikan pengetahuan, tetapi juga menyentuh hati. Ia menegaskan bahwa kurikulum ideal dalam perspektif Islam harus menanamkan cinta. “Ilmu harus turun ke hati, bukan hanya ke kepala,” ujarnya.

Ia kemudian menyebut tiga wujud cinta sebagai pilar kurikulum, yakni: cinta kepada sesama manusia, cinta kepada alam, dan cinta kepada tanah air. Masing-masing pilar diperkuat dengan rujukan Al-Qur’an dan Hadis. Hubungan guru dan murid, katanya, tidak boleh dibangun atas dasar ketakutan, melainkan kasih sayang yang melahirkan komunikasi mendidik.

No More Posts Available.

No more pages to load.