Yogyakarta, sketsindonews – Dibalik kisah pelatih yang rela menjual mobil pribadi agar anak asuhnya bisa ikut Pekan Olahraga Nasional (PON) Jawa Barat ternyata tersimpan kisah yang juga cukup mengagetkan. Betapa tidak, para atlet yang bersedia rutin berlatih untuk membawa nama Yogyakarta Istimewa ini tak mendapatkan perhatian dari instansi terkait.
Perjuangan para atlet yang telah mati-matian diajang Pra PON beberapa waktu lalu hingga lolos dan mengantongi tiket PON Jawa Barat tak ingin di sia-siakan oleh sang pelatih, Putut Marhaento. Meskipun harus menjual mobil pribadinya yang terpenting anak asuhnya tersebut bisa bermain di ajang nasional dengan lawan-lawan yang dianggap terbaik.
“Kami berkumpul untuk pemusatan pelatihan sejak Januari 2016 kemarin dan sampai sekarang tidak ada apresiasi apapun dari pemerintah daerah. Kami makan sendiri, beli vitamin sendiri dan sekarang pelatih kami harus jual mobil untuk bisa daftar ikut PON,” ungkap Antonius Adi salah satu altet voli DIY kepada , Minggu (13/06/2016).
Apa yang dilakukan sang pelatih ini menurut Adi menjadi sebuah semangat tersendiri bagi dia dan rekan-rekan. “Pelatih sampai berkorban banyak ini, masa kami hanya bermain seadanya. Kami akan tunjukkan di lapangan,” ungkap pemain yang berposisi sebagai tosser ini.
Para pemain yang didominasi mahasiswa ini terus semangat berlatih meskipun dalam suasana yang serba terbatas. Mereka menyadari bahwa prestasi di dapatkan dengan pengorbanan dan perjuangan yang tidak mudah.
“Kami malu dengan pengorbanan pelatih kalau tak berjuang. Prestasi memang mahal dan kami yakin dengan perjuangan selama ini,” pungkas pria asli Yogyakarta ini.
Seperti diberitakan sebelumnya, pelatih tim voli DIY harus menjual mobil Luxio pribadinya untuk biaya entry by name pemain yang paling lambat dibayarkan 15 Juni 2016 mendatang. Padahal, pihak KONI tak memberikan pendanaan untuk kontingen atau cabang olahraga yang tak mendapatkan peringkat pertama dalam Pra PON beberapa waktu lalu. (Kumara)