Penolakan Alih Fungsi Perkebunan Teh Gunung Mas Puncak Bogor Menjadi Tempat Wisata Terus Bergulir

oleh
oleh

“Ini penolakan sudah masif, harus didengarkan karena ini suara rakyat, jangan diabaikan begitu saja.

Sementara itu, beberapa warga Kampung Naringgul, yang menurut beberapa sumber sejarah merupakan kampung tertua di Kawasan Puncak menyatakan hal senada, menolak pembangunan tempat wisata yang akan menggusur keberadaan mereka dari tanah yang konon telah dihuni sejak tahun 1910, di era Kolonial Belanda.

“Warga di Naringgul sudah seratus an tahun menghuni tanah ini, sejak zaman Belanda dulu, Kampung ini awalnya diperuntukkan bagi para pegawai perkebunan teh, saat Indonesia Merdeka, orang tua kami kemudian mendapat hibah berupa kampung dan juga area kebun teh di sekitar kampung,” tutur seorang warga Naringgul yang meminta namanya tidak ditulis.

Warga tersebut menjelaskan, pada tahun 1985 datanglah perwakilan dari PTPN yang meminta agar warga bersedia “Meminjamkan” lahan mereka untuk digunakan PTPN sebagai bahan perkebunan teh yang produktif.

“Di zaman itu tidak ada perjanjian tertulis,hanya secara lisan saja dan uyut kami mau tidak mau harus memberikan lahannya untuk dikelola PTPN, ya sampai sekarang permasalahan ini tidak jelas juga bagaimana kelanjutannya. Tapi tiba – tiba saja kami mendapat pemberitahuan kalau Kampung Naringgul ini akan masuk ke dalam area yang akan dibangun oleh Perusahaan Rekanan PTPN dan Kami ditawarkan relokasi ke tempat lain yang cukup jauh dan akses yang minim, tentu saja Kami menolak tegas penawaran tersebut karena sangat tidak sesuai dan tidak rasional, Kami akan tetap berada di kampung ini karena itu adalah amanat dari orang tua kami dan Kami memiliki hak atas tempat tinggal kami ini,” tegasnya.

Warga tersebut menambahkan, pihak warga sudah meminta atensi dari beberapa pemangku kepentingan agar keberadaan mereka diakui secara legal dengan cara mengurus sertifikat, namun upaya tersebut masih belum membuahkan hasil karena terkendala beberapa hal dan hingga saat ini warga masih terus berupaya agar mereka mendapatkan legalitas yang jelas atas tanah mereka.

Meskipun ditolak elemen masyarakat, pantauan langsung di lokasi, memang saat ini proyek pembangunan tempat wisata tersebut masih berjalan, terlihat beberapa pekerja tengah menggali dan merapikan tanah yang menurut informasi warga akan menjadi akses jalan untuk alat berat seperti ekskavator. Tampak jelas juga jejak tanaman teh yang telah dibabat di lokasi tersebut, jadi memang pembukaan jalan itu “menggusur” hamparan tanaman teh yang selama ini menjadi icon Kawasan Gunung Mas Puncak.

Seorang warga lainnya yang merupakan tokoh agama juga sempat mendatangi area proyek dan berdialog dengan para pekerja agar menghentikan kegiatannya tidak membuahkan hasil, menurut warga tersebut, upaya bertemu dengan pimpinan perusahaan belum mendapatkan respon, surat permintaan sudah dikirimkan namun hingga saat ini belum ditanggapi lebih lanjut.

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.