Uniknya Budaya Jogjakarta Dalam Perspektif Mahasiswa Luar Jawa

oleh
oleh

Rupanya menurut penjelasan rekan senior tadi bahwa memang tradisi orang Jogja terkenal sangat sopan. Bahwa ucapan “Monggo nak.” yang diucapkan oleh bapak kos saat mau makan siang itu hanyalah sekedar basa basi, hanya sopan santun budaya saja. Ternyata bukan maksudnya diajak makan sungguhan.

“BAH, Patutlah tadi siang ketika aku masuk ruang makan, kursinya kurang satu dan salah seorang anaknya sekonyong-konyong pamitan keluar seolah olah ada catatan kuliahnya yang tertinggal di toko fotocopy,” kata Sembiring.

“Padahal ternyata tujuannya adalah untuk tidak mempermalukan saya sebagai orang luar yang berbeda budaya kebiasaannya.
Setelah penjelasan tersebut baru saya sadari betapa luar biasa bijaksananya keluarga bapak kos dan anak nya ini,” kenangnya.

Belajar dari kisah unik ini, “lesson learning” nya yang dapat ditarik menurut Sembiring adalah bahwa Negara Indonesia ini luar biasa. Budayanya terbukti memang Adiluhur. Terbukti walaupun tidak pernah saling mengenal sebelumnya namun manusianya otomatis saling melengkapi dan saling melindungi. Walaupun sudah tidak bersama lagi. Karena sudah selesai menuntut ilmu.

Ia menceritakan setelah tamat kuliah pada tahun 1994, hingga saat ini sudah sebagai kolonel TNI silaturahminya dengan keluarga bapak Soeroto pemilik kos tersebut masih terjalin dengan sangat baik.

Karena contoh pengalaman nilai kekeluargaan khas Jogja yang pernah dialaminya itu, ia meyakini dan percaya bahwa sesungguhnya dimanapun kita berada dibelahan bumi Indonesia ini sama saja baiknya.

Tidak perlu under estimate. Siapapun warga negara Indonesia tidak perlu khawatir akan dilupakan atau dipinggirkan ketika berada diluar asal daerahnya. Tentunya juga dengan saling menghargai budaya setempat yang berlaku. Semua manusia Indonesia itu ditakdirkan saling bersaudara.

Terbukti, pada semua wilayah yang pernah dikunjunginya selama ini, masyarakatnya sangat menjunjung tinggi nilai kekeluargaan dan persaudaraan. Walaupun tidak pernah bertemu sebelumnya.

Ia menceritakan bahwa hal ini sudah dibuktikannya ketika bertugas dalam latihan dan pengamanan wilayah mulai dari ujung barat hingga kedaerah Saumlaki di Maluku Tenggara Barat dekat perbatasan dengan Australia. Semua masyarakatnya sangat bersahabat dan menjunjung tinggi nilai persaudaraan sesama anak bangsa. Tidak ada yang intoleran.

Sembiring berharap, pengalaman hidup sebagai orang luar yang diterima baik dalam budaya persahabatan kekeluargaan khas Jogjakarta ini harapnya dapat menjadi contoh nyata semangat persatuan diseluruh penjuru bumi pertiwi Indonesia.

“Bila semua rakyatnya saling menghormati dan menghargai perbedaan, pastilah
semakin jaya negeri Indonesia,” pungkasnya menutup cerita ditemani segelas kopi Raja kiriman buah tangan sahabatnya dari Tana Toraja sore itu di teras rumah dinasnya di Halim Perdanakusuma.

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.