Uniknya Budaya Jogjakarta Dalam Perspektif Mahasiswa Luar Jawa

oleh
oleh

Sudah sangat banyak cerita menarik dan unik tentang pengalaman mahasiswa yang dulunya mengenyam ilmu di kota gudeg ini.

Salah satu cerita yang “agak lain” dikisahkan oleh sembiring salah seorang mantan aktivis senator kampus biru dan kini berkarir melalui TNI.

Ia menuturkan banyak kenangan tak terlupakannya selama menjadi mahasiswa di Fisipol UGM ditahun 1988. Salah satunya adalah kisah “rahasia” yang sekarang diungkapnya ini.

Setelah pengumuman Sipenmaru tahun1988 dan ia dinyatakan lulus diterima di UGM, ia hanya perlu persiapan segala sesuatunya satu hari saja. Pada keesokan harinya ia langsung diberangkatkan ke Jakarta.

Menurutnya bahwa ini adalah pertamakalinya ia merantau dan bahkan belum pernah naik pesawat Garuda sebelumnya. Saat itu memang masih sangat langka orang dikampungnya di Siantar yang terbang bepergian menggunakan pesawat.

Singkat cerita sesampainya di Jakarta tanpa jeda sore harinya ia langsung naik kereta api ke Jogjakarta. Memang begitulah ciri khas anak Medan. BTL, singkatan dari Batak Tembak Langsung, istilah terkenal anak Medan.

Sembiring melanjutkan ceritanya, setibanya di Stasiun Tugu kota Jogjakarta ia langsung naik becak Jogja saat itu menuju ke daerah disekitar jalan Kaliurang mencari kos kosan yang paling dekat dengan kampusnya di UGM Bulaksumur.

Keberuntungan memang selalu menyertainya. Pada hari itu juga ia langsung berjodoh dan mendapatkan kos kosan yang sesuai dengan biaya sewa dikantongnya. Lokasi tepatnya di dusun Tawangsari yang jaraknya hanya 1 km dari Gedung Pusat UGM, disekitar jalan Kaliurang Km 5 Sleman Jogjakarta.

Ia melanjutkan kisahnya yang langsung seru sejak hari pertama di Jogja dimana saat pulang dari registrasi daftar ulang sebagai mahasiswa baru ia pulang kembali ke kos kosan. Rupanya ruangan sebelah kamar yang ditempatinya adalah ruang makan keluarga bapak Soeroto sang pemilik Rumah kos.

Siang itu cuaca Jogja memang sedang dingin karena baru selesai hujan. Saat ia menuju kamar kos dan melewati ruang makan keluarga pemilik kos, peristiwa “sejarah” penting tersebut pun terjadilah. Karena memang kamarnya tepat berada disamping ruang makan, dan bertepatan saat ia memasukkan kunci membuka pintu kamarnya dengan jelas terdengar suara ramah bapak Soeroto pemilik kos, “Monggo nak sembiring”, ucapnya sambil mengarahkan telunjuknya ke meja makan.

Tatapan yang ikhlas dan tulus …khas masyarakat Jogja, penjelasan Sembiring saat itu.

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.