R. Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, menyambut positif pidato Presiden Prabowo Subianto dalam peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2025 di Jakarta. Menurutnya, pidato tersebut bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi sinyal serius bahwa pemerintah ingin menegakkan kembali nilai-nilai Pancasila secara nyata dan menyeluruh. Di tengah ancaman ideologi transnasional, kebocoran anggaran, dan tantangan global, Prabowo hadir dengan suara tegas yang menunjukkan komitmen membenahi arah bangsa.
Sebagai Dewan Pembina Ikatan Alumni ITB, Haidar Alwi menilai keberanian Prabowo menyentil elite pemerintahan dan aparat negara yang menyalahgunakan kekuasaan adalah bentuk introspeksi penting. Saat Prabowo menyatakan, “Semua kebocoran harus dihentikan. Jangan sampai kita mengkhianati rakyat sendiri,” Haidar melihat itu sebagai pernyataan moral sekaligus arah kebijakan. Ini bukan sekadar kritik ke luar, tapi koreksi ke dalam.
Sebagai tokoh toleransi Indonesia, Haidar juga menyoroti bagaimana pidato tersebut tidak memecah belah, tidak menyasar kelompok, dan tidak membangun narasi permusuhan antaragama atau etnis. Ketika Prabowo berkata, “Pancasila adalah milik semua golongan, semua suku, semua agama,” Haidar menyebut itu sebagai pesan pemersatu yang harus dijaga dalam praktik kebijakan dan ruang publik. Baginya, toleransi adalah pilar utama jika Indonesia ingin tetap utuh dalam kebinekaan.
Sebagai pencetus Gerakan Nasional Rakyat Bantu Rakyat, Haidar menemukan relevansi yang sangat kuat dalam semangat gotong royong yang dihidupkan kembali oleh Prabowo. Ketika Presiden menegaskan bahwa kekayaan negara tidak boleh hanya dinikmati segelintir orang, Haidar melihat bahwa inilah momen penting untuk menyambungkan negara dengan rakyat melalui aksi nyata.