Tradisi Memandikan Keris dan Nguras Enceh

oleh
oleh

Ritual Mubeng Beteng dilakukan dengan berbagai tata cara seperti pembacaan macapat atau kidung berbahasa Jawa sebelum acara berlangsung, dan yang paling umum adalah prosesi sakral mengelilingi benteng-benteng Keraton sejumlah hitungan ganjil dengan berjalan tanpa menggunakan alas kaki dan tidak berbicara (Tapa Bisu).

Dibalik kesakralan tradisi tersebut, Mubeng Beteng memiliki berbagai makna yang sangat dalam. Mubeng Beteng dapat diartikan sebagai ungkapan rasa prihatin, introspeksi, serta ungkapan rasa syukur atas kelangsungan negara dan bangsa. Oleh sebab itu, tidak berbicara (Tapa Bisu) ketika ritual ini berlangsung merupakan simbol dari keheningan yang merupakan bentuk refleksi manusia terhadap Tuhannya.

Saat berita ini di turunkan, di Yogyakarta, minggu (02/10) masih berlangsung ritual tersebut. (Kumara)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.