Jakarta, sketsindonews – PT. Hutama Karya yang menangani proyek double – double track Jatinegara Jakarta Timur dalam pekerjaan hingga jatuhnya “luncher girdir” hingga menelan 4 orang tewas akhirnya memyatuni para korban termasuk 1 orang yang hingga kini masih mengalami traumatic akibat kecelakaan tersebut.
Direktur operasional PT Hutama Karya, perusahaan yang bertanggungjawab dalam pengerjaan proyek DDT dibawah kementerian perhubungan tersebut, Suroto, menyatakan, perusahaan memberikan dana santunan kepada ahli waris keempat korban meninggal sebesar 25 juta rupiah.
“Sudah kita siapkan dan nanti akan kita distribusikan kemasing-masing keluarga,”ujar Suroto kepada wartawan yang dihadiri oleh Sekjen Kementerian Perhubungan, Sugihardjo, di RS Bhayangkara Polri, Minggu (4/2))
Ditambahkan Suroto, selain tanggungjawab perusahaan juga diberikan untuk memfasilitasi terapi psikologis, bagi seorang pekerja selamat namun dikabarkan masih mengalami shock berat.
“Yang selamat juga kita berikan perhatian, mungkin akan kita bawa ke terapi untuk memulihkan psikologis dia,”tambahnya.
Sementara, kecelakaan crane yang terjadi sekitar pukul 05.00 WIB pada proyek pengerjaan DDT menyebabkan 4 pekerja meninggal dunia.
Diantaranya nama – nama yang meninggal bernama Jaenudin, 44 tahun, asal Jawa Barat, Deni Prasetyo, 25 tahun, asal Jawa Tengah, Joni Fitrianto, 19 tahun, asal Jawa Tengah dan Jana Sutisna, 44 tahun, asal Jawa Barat.
Suroto mengatakan, sedangkan mengenai pemeriksaan lebih lanjut terhadap operator launcher, petugas lapangan serta unit-unit terkait lainnya yang bertugas di lapangan ketika kecelakaan terjadi, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian dan Komite Keselamatan Konstruksi (K3).
Suroto menjelaskan, meski demikian dirinya memastikan khusus operator launcher sebelumnya telah tersertifikasi sesuai prosedural.
“Saya tidak tahu persis (sejak kapan operator launcher miliki sertifikasi), nanti termasuk bagian yang harus diverifikasi oleh tim. Tentunya atas kejadian ini pihaknya akan memeriksa satu atas ditingkat mereka untuk kenapa bisa terjadi”.
Dalam proyek itukan ada petugas K3, petugas pelaksana lapangan, kemudian operator dan sebagainya, yang terkait pada saat operasional pagi itu,”terang Suroto.
Direktur pelayanan BPJS Ketenagakerjaan, Krishna Syarif, mengungkapkan, keempat pekerja meninggal tersebut terdaftar sebagai anggota BPJS ketenagakerjaan, sehingga para ahli waris berhak mendapatkan dana asuransi mencapai 123 juta rupiah.
“Paling penting dipahami adalah merupakan hak dari setiap orang itu harus dicover sesuai UU Ketenaga Kerjaan.”
Manfaatnya sebanyak 48 kali upah, ada biaya pemakaman, transportasi dan santunan berkala. Khusus kecelakaan ini karena dasar upah hariannya adalah 80 ribu rupiah perhari, ini diberi santunan sebesar 123 juta rupiah,”papar Krishna Syarif.
Kepala instalasi kedokteran forensik RS Bhayangkara Polri, Edy Purnomo, mengatakan, proses identifikasi terhadap 4 jenazah pekerja proyek DDT pada Minggu siang, hampir tidak ditemukan kesulitan berarti.
Menurut Edy, dikarenakan luka parah terjadi pada perut yang menyebabkan robek dan luka dibagian belakang kepala.
Namun, wajah keempat jenazah dalam kondisi baik, sehingga mudah dikenali.
Sementara, sekitar pukul 20.00 WIB keempat jenazah korban jatuhnya “launcher girder crane”, telah diserahkan kepada pihak keluarga untuk dikebumikan di kampung halaman masing-masing. (**)