Sahur Hari Ketujuh
Jakarta, sketsindonews – Sahur di hari 7 di bulan Ramadhan 1439 H tak menutup mata apa yang pernah teralami dalam kehidupan hingga bayak orang tak lupa bahkan traunatic , ini lah sekelumit reformasi yang sudah 20 tahun bergulir, ujar Denny JA dalam sebuah essei puisi yang ditulis.
Bagaimana bisa aku lupa
Wajah itu menjadi trauma
Gerombolan huru hara
Ia arahkan
Mei 98 di Jakarta (2)
Sekawanan serigala
Membakar rumahku
Ia perkosa kakakku
Usiaku baru sepuluh
Aku teriak tak terkira
Serigala makin lahap saja
Ibuku pingsan
Ayah luka parah
Bagaimana bisa aku lupa
Api menyala di bola matanya
Kami pergi sekeluarga
Mengungsi ke Amerika
Kakak gangguan jiwa
Ibu akhirnya mati di sana
Tak kuat menahan luka
Bagaimana aku bisa lupa
Masih terngiang ia punya suara
Hajar kepala Ayah
Tendang dadaku
Terpelanting aku di lantai
Ya Allah,
Doa tiap waktu
Hanya itu obatku
Kutolong jiwaku
Sekolah setinggi mungkin
Lalu kembali ke Indonesia
Aku kini dokter kepala
Di ruang operasi itu
Tergeletak seorang gadis
Antara hidup dan mati
Ayahnya tua menghamba
Tak siap berduka
“Tolong anak saya, dokter!”
Lirih ia berkata
Astaga!
Copot jantungku
Bagaimana bisa aku lupa
Ia yang bakar rumahku
Perkosa kakakku
Muncul kembali di hadapanku
Ia sangat beda
Tiada api di mata
Tua, tak berdaya