Jakarta, sketsindonews – Melawan arus itulah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk melawan para pengusaha (9 Naga) atas kebijakan dirinya menutup 13 pulau pembangunan reklamasi yang hingga sekarang ini belum jelas dalam penyelesaian pembangunan yang di setujui pemerintah pusat. (29/9)
Dalam tulisan Hersubeno Arief yang di kutip sketsindonews. com dinyatakan, “Nyali itu beda dengan nyaring,” ujar Anies Baswedan suatu hari tak lama setelah dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta. Orang yang sering berteriak-teriak, tukang marah-marah, belum tentu dia seorang pemberani yang bernyali”.
Sebaliknya orang yang banyak senyum, bukan berarti dia seorang penakut.
Anies telah membuktikan hal itu.
Secara mengejutkan Anies baru saja mengumumkan mencabut izin prinsip 13 pulau reklamasi beberapa bulan yang lalu dengan dindampingi Satpol PP DKI menyegel.
Sebelumnya Anies juga telah menyegel tiga pulau yang telah dibangun. Di atas pulau itu bahkan sudah berdiri berbagai bangunan perumahan, perkantoran, dan pertokoan.
Bagi yang sudah lupa, atau pura-pura lupa, perlu diingatkan bahwa pembangunan pulau reklamasi dimulai pada akhir Oktober 2015. Pada saat itu yang menjadi Gubernur DKI adalah Basuki Tjahja Purnama (Ahok).
Menko Maritim yang saat itu dijabat oleh Rizal Ramli meminta agar dilakukan kajian menyeluruh sebelum dimulai pembangunan.
Pada akhir September 2015 Menteri Kelautan Susi Pudjiastuti mengkaji penghentian sementara (moratorium) reklamasi. Reklamasi diusulkan hanya untuk pelabuhan, bandara, dan listrik. Di luar itu tidak boleh ada reklamasi untuk hotel, apartemen, mall, dan sebagainya.
Moratorum tersebut tidak menghentikan pembangunan beberapa pulau reklamasi. Pemprov DKI mempersilakan pembangunan jalan terus.