Tua dan pensiun, ternyata tidak melulu soal uang. Tapi harus siap soal fisik dan mental. Fisiknya sehat dan mentalitasnya kokoh. Saat bekerja mungkin boleh punya jabatan dan pangkat. Tapi begitu pensiun dan tua, semuanya tidak berarti apa-apa. Apalagi orang-orang yang arogan dan subjektif selama bekerja, wah kasihan sekali di masa pensiun. Kesombongannya sama sekali tidak bisa membelanya, justru menjadi alasan untuk menjauhinya. Boro-boro bergaul, kawan-kawan saja mau mendekat kepadanya. Sudah tidak berarti lagi.
Memang tidak mudah untuk menjadi tua. Tidak mudah pula menjalani masa pensiun. Uang saja tidak cukup, bila fisik dan mentalnya lemah. Sebaliknya, fisik yang kuat pun tidak berarti bila tidak punya uang. Usia tua atau masa pensiun hanya menghendaki keseimbangan, seimbang lahir-batik dan ekonomi. Cukup secara keuangan, kesehatan, dan psikologis.
Siapapun di usia tua, harus terbiasa dengan hal-hal yang berjalan lebih lambat. Wajah mulai keriput, penampilan mulai tidak diperhatikan lagi. Bahkan bicara pun harus lemah-lembut. Tidak bisa lagi bicara “sok kuasa”, seolah-olah merasa diri paling benar dan orang lain salah. Bila terjadi, itulah tua yang sesat. Tua yang terbebas dari prasangka buruk dari pikirannya negatif.