Sekolah Rakyat menjadi ruang tumbuhnya toleransi dan dialog lintas agama. Nilai tersebut dirasakan langsung oleh Anisa Saharia, siswi Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 19 Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Dari 100 siswa yang terbagi dalam empat rombongan belajar, Anisa (15) menjadi satu-satunya siswa beragama Islam. Mayoritas siswa lainnya beragama Protestan dan Katolik. Proses pendidikan di SRMP 19 Kupang didukung 11 guru, empat wali asrama, dan sembilan wali asuh yang mendampingi aktivitas siswa setiap hari.
Perbedaan keyakinan justru mempererat kepedulian. Saat azan berkumandang dari musala sekolah, teman-teman Anisa saling mengingatkan. Proses belajar pun dihentikan sejenak sebagai bentuk penghormatan. “Kalau azan, belajar berhenti dulu,” ujar Anisa.
Sekolah juga menghadirkan guru agama Islam setiap Jumat untuk membimbing Anisa. Pihak sekolah memberi perhatian penuh terhadap keyakinannya, termasuk memintanya tetap mengenakan jilbab meski tinggal sendiri sebagai muslimah di asrama.
Selain aktif beribadah, Anisa dikenal tekun belajar dan bercita-cita melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Di SRMP 19 Kupang, ia menemukan lingkungan baru yang hangat, di mana siswa dari latar belakang berbeda hidup, belajar, dan saling mendukung tanpa sekat perbedaan.
Sebelum bergabung dengan Sekolah Rakyat, Anisa menjalani keseharian dengan membantu pekerjaan rumah, merawat keponakan, hingga mengumpulkan besi bekas untuk dijual. Ia kehilangan ayah sejak usia empat tahun dan ditinggal ibunya tanpa kabar saat duduk di kelas tiga SD. Kondisi ekonomi membuatnya sering berangkat sekolah tanpa sarapan dan makan siang.
Perubahan besar terjadi ketika Anisa diterima di Sekolah Rakyat, program pendidikan bagi anak dari keluarga kurang mampu yang diinisiasi Presiden RI Prabowo Subianto melalui Kementerian Sosial. Kini, ia bisa belajar dengan tenang, tinggal di asrama, makan teratur, serta memiliki perlengkapan sekolah yang layak.
“Terima kasih ada Sekolah Rakyat. Saya harap program ini terus ada,” ucap Anisa.
Kisahnya menjadi gambaran nyata bahwa pendidikan inklusif dan toleransi beragama mampu membuka jalan menuju masa depan yang lebih baik.






