Makna Keris Sempaner, Keris Dengan Dapur Sempaner

oleh
oleh

Hal tersebut teringat dengan mitologi Ganesha, sebagai dewa lambang ilmu pengetahuan yang digambarkan selalu menghirup ilmu pengetahuan yang tiada habisnya dengan belalainya.

Sekar kacang juga menyimbolkan adanya aktifitas tumbuh dan berkembang dan berbuah. Jalen merupakan simbol jalannya nafas yang terus menerus dan lambe gajah merupakan simbol masuknya energi. Motivasi dan niat.

Tikel Alis, mempunyai arti bulu alis (bulu mata) menunjukkan kedua mata. Tikel alis merupakan simbol sifat manusia ada sisi baik dan buruk, keduanya harus dapat dikendalikan. Dalam menggapai harapan hendaknya dipertimbangkan pada sisi baik buruknya.

Greneng berbentuk Ron Dha (Huruf jawa : Dha) atau kadang hanya berbentuk sederhana yang disebut Ri (duri) Pandan menyimbolkan suasana hati atau perasaan. Dari semua organ tubuh manusia yang menentukan tingkat derajat manusia yaitu dada (dha-dha).  Dalam rongga dada itulah terletak hati, bathin, atau “perasaan” atau disebut “rasa”. Kalau “rasa” seseorang baik maka baiklah semua anggota tubuhnya, sebaliknya kalau “rasa” menjadi sakit maka “sakit”lah semua anggota tubuhnya.

Rasa berarti merasakan sesuatu itu dalam segala dimensi. Rasa merupakan suatu keadaan yang hendak dicapai dalam diri seseorang terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki rasa rasa dengan eksistensi yang berbeda-beda, tergantung pada wawasan, pengetahuan, moral dan sebagainya.

Siapa yang mencapai rasa yang lebih mendalam dengan sendirinya hidupnya akan berubah (sikap pola pikir, perilaku). Ia akan memiliki sikap-sikap lain, yang lebih benar, serta yang lebih cocok dengan realitas sebenarnya.

Secara umum semuanya itu adalah melambangkan suatu pencarian dan mengembangkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan secara terus-menerus sampai tingkat tertentu. Hal tersebut merupakan syarat tercapainya cita-cita dan harapan. Mencari pengetahuan harus dilandasi dengan niat, motivasi yang kuat dan keberanian.  Harapan dan cita-cita harus dipertimbangan dari sisi baik dan buruknya.

Namun demikian orang harus menerima segala keterbatasannya. Orang perlu bersikap rela menerima keadaan apa adanya (Nrimo ing pandum). Nrima juga berarti iklas, menerima segala konsekuensi dan persoalan apa yang mendatangi kita tanpa keluh kesah.  Hal ini bukan berarti apatis, nrima dalam arti seseorangwalaupun dalam keadaan kecewa, kesulitan dan kegagalan, tetap harus beraksi secara rasional, tidak ambruk dan tidak menentang secara percuma.

Nrima menuntut untuk menerima apa adanya, tapi tidak hancur karenanya. Sikap nrima memberikan daya tahan untuk menanggung keadaan nasib” yang buruk. Bagi orang yang memiliki sikap itu maka “malapetaka akan kehilangan sengsaranya”. Dapur Lurus, Bener-Lurus Dalam berdoa kita selalu memohon untuk diberikan “Jalan yang Lurus” (sirotol mustaqin) kepada Tuhan.

Lurus berarti tidak menyimpang dari jalur yang ditetapkan. Lurus juga berarti tidak berlebihan juga tidak kekurangan, berada di tengah-tengah. Seseorang yang jika di dalam hidupnya mengusahakan selalu berada di jalur lurus berarti akan bertindak jujur dan luhur budinya.

Berlaku jujur, bener lan pener akan menuju batin manusia yang selaras dengan realitas yang sebenarnya, dan oleh karena itu dengan sendirinya (Otomatis-konsekuen) memenuhi kewajiban, tugas dan peranan dan jabatan yang dituntut dari padanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.