Makna Keris Sempaner, Keris Dengan Dapur Sempaner

oleh
oleh

Mengembangkan diri pribadi, pengetahuan sesuai dengan bakat dan kemampuan (empan papan) dan tidak memaksakan kehendak / mengendalikan hawa nafsu.  Selain itu, pengembangan pribadi dengan pengekangan hawa nafsu adalah salah satu cara. Karena nafsu akan memperlemah manusia.

Mengendalikan hawa nafsu berarti mengembangkan budi pekerti. Untuk pencapaian budi pekerti (etika) yang baik umumnya dihalangi dua hal yaitu hawa nafsu dan pamrih. Nafsu yang terkait dengan pamrih (egoisme) antara lain, “Nafsu selalu ingin menonjol (nepsu menange dhewe) Menganggap diri selalu betul (nepsu benere dhewe) Memperhatikan diri sendiri (nepsu butuhe dhewe) Sikap dasar yang luhur adalah kebebasan tanpa pamrih.

Ujar-ujar jawa mengajarkan “sepi ing pamrih, rame ing gawe”. Sepi ing pamrih berarti melepaskan diri diri dari kepentingan pribadi dan mengutamakan kepentingan masyarakat demi keselarasan kehidupan. Manusia mencapai “sepi ing pamrih” apabila ia semakin tidak lagi perlu gelisah dan prihatin terhadap diri sendiri, semakin bebas dari nafsu ingin memiliki serta mempunyai hati yang tenang.

Rame ing gawe berarti melakukan apa yang dituntut oleh jabatandan kedudukan kita dalam masyarakat atau pun pekerjaan. Masing-masing menjalankan sesuai dengan tugas dan kewajiban yang diemban.

Setiap orang harus menyadari keterbatasannya, sehingga tumbuh kerelaan untuk membatasi diri pada peran yang telah ditentukan di dunia. Dalam hidup ini hendaknya dipahami benar ajaran Catur Merti, bersatunya pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan, Pikiran yang benar – Perasaan yang benar – Perkataan yang benar – Perbuatan yang benar Harapan yang Menjadi Kenyataan – Sumpena yang Daradasih – Sumpena Bener – Sempaner Mimpi yang benar adalah hanya mimpi yang menjadi kenyataan (puspatajem daradasih).

Harapan dan cita-cita yang baik yaitu harapan yang dapat diwujudkan sebagai kenyataan. Hal tersebut tentunya suatu harapan yang luhur (bener).  Sempana Bener (sempaner) memaparkan ajaran bagaimana seseorang dapat menggapai harapannya secara benar.

Dalam menggapai harapan hendaknya dilandasi dengan laku yang lurus dan benar, khususnya dalam hal etika sehingga akan tumbuh budi luhurnya.  Budi luhur dicapai dengan sikap sederhana (prasaja), bersedia untuk menganggap dirinya lebih rendah dibanding orang lain (andhap asor), selalu sadar akan batas-batas dalam situasi dan lingkungan (tepa selira).

Sebaliknya menghindarkan diri dari sikap yang jauh dari sifat budi luhur, yaitu : mencampuri urusan orang lain (dahwen/open), iri-dengki (srei), suka main intrik (jail), dan bersikap kasar (methakil). Dari kedalaman rasa, pengetahuan, kemampuan seperti diuraikan di atas semua tercakup, maka tergantung apakah manusia sanggup untuk menempatkan diri dalam kosmosnya, serta dapat menemukan tempatnya yang cocok dan selaras.  Menurut Aristoteles, manusia hanya dapat menemukan kebahagiaan apabila ia dapat mengaktualkan bakat-bakatnya.

Untuk mewujudkan suatu harapan harus disertai dengan usaha dan kemampuan yang sesuai.

Harapan tidak akan menjadi kenyataan jika tanpa disertai dengan usaha dan memampuan yang menyertainya.

Keinginan harus disesuaikan dengan kapasitas pribadi, bakat, pengetahuan, menepati janji, jujur dan melakukan sesuai kewajiban. Sepi ing pamrih rame ing gawe. (Kumara)

No More Posts Available.

No more pages to load.