Lalu bagaimana polisi bisa melindungi orang lain atau masyarakat dari serangan pelaku kejahatan. Sebaliknya, kasus Polda Sumut menjadi catatan “bersejarah” bagi jaringan teroris.
Hanya dengan senjata seadanya mereka bisa membunuh seorang perwira polisi. Sehingga dikhawatirkan, kasus serangan teror di Polda Sumut akan menjadi inspirasi bagi para teroris untuk terus menerus meningkatkan serangan dan sekaligus menjadi motivasi bagi kader kadernya bahwa hanya dengan sebilah pisau ternyata bisa membunuh perwira polisi.
Dari kasus ini para teroris bisa pula menyimpulkan, untuk melumpuhkan polisi tidak perlu lagi menggunakan bom.
Cukup sebilah pisau. Sebab jajaran polisi tidak terlatih, tidak responsif, dan terlalu mudah untuk dilumpuhkan.
Belajar dari kasus Polda Sumut, Polri perlu mengimbau jajarannya untuk bersikap senantiasa waspada dan meningkat kepekaan serta selalu terlatih menghadapi berbagai situasi, sehingga anggota polisi tidak menjadi bulan bulan teroris atau pelaku kejahatan lainnya.
Bagaimana pun, jika ada polisi terbunuh oleh pelaku kejahatan tentu akan menjadi keprihatinan tersendiri bagi publik dan sekaligus menjadi kecemasan terhadap profesionalisme sistem keamanan, tukasnya.