“Pesawat Guntai dengan dengan Kadet Penerbang Muljono dan juru tembak Abdurrahman menyerang Semarang. Sementara dua pesawat Cureng masing-masing diterbangkan Kadet Penerbang Sutardjo Sigit dan juru tembak Sutardjo untuk menyerang Salatiga, Suharnoko Harbani dan juru tembak Kaput menyerang benteng pertahanan Belanda di Ambarawa,” jelasnya, menceritakan kejadian saat itu.
Menurutnya, para Kadet Penerbang tadi menjalankan misi rahasia dari Kepala Staf Angkatan Udara Komodor S. Suryadharma sebagai reaksi balasan terhadap agresi Militer Belanda I yang melaksanakan serangan udara di wilayah-wilayah RI termasuk pangkalan udara di Jawa dan Sumatera. Sedangkan satu pesawat yang diawaki oleh Kadet Penerbang Bambang Saptoaji batal menjalankan misi karena ada kerusakan pesawat. “Pesawat-pesawat yang diterbangkan para Kadet Penerbang itu mengemban tugas untuk melakukan serangan udara terhadap benteng pertahanan Belanda,” paparnya.
Dia mengatakan bahwa Mereka yang bermodalkan pesawat peninggalan Jepang dan didorong oleh semangat juang tinggi, telah berhasil melakukan tindakan dan langkah berani dengan melaksanakan serangan udara terhadap kubu penjajah Belanda di kota Semarang, Salatiga dan Ambarawa.
Karena, menurutnya Serangan tersebut membuktikan bagi bangsa Indonesia bahwasanya TNI masih ada dan mampu membuat Belanda tidak percaya dan menjadi perhatian dunia Internasional.