Renungan, sketsindonews – Tuhan menyebut Yehezkiel sebagai ‘anak manusia’. Sebutan itu lazim dikenakan kepada seorang hamba Tuhan.
Anak Manusia dipahami sebagai kedudukan seseorang yang memiliki otoritas untuk menyampaikan pesan Allah kepada manusia. Demikianlah Yehezkiel menjadi penjaga bagi umat Tuhan, agar senantiasa hidup dalam firmanNya. Itu menjadi sebuah tugas berat dan tanggung jawab besar bagi Yehezkiel. Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban dari hamba yang telah diutusNya.
Jika Yehezkiel tidak menyampaikan pesan Tuhan, maka Tuhan akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawa hambaNya.
Namun, jika hamba Tuhan menyampaikan pesan Tuhan, maka ia beroleh selamat, sekalipun umat tidak mendengar dan melakukannya. Sebab, Seorang nabi mempunyai tugas menyampaikan firman Tuhan sebagai kritik atas kehidupan umat yang bertentangan dengan kehendak Tuhan.
Seorang nabi harus mau dan berani menegur hidup umat Tuhan yang tidak lagi sesuai dengan kehendak Tuhan. Nabi menyampaikan kritik agar hidup dan ibadah umat Tuhan sungguh-sungguh berkenaan bagi Tuhan.
Karena itu, Yehezkiel sebagai seorang nabi harus menyerukan pertobatan bagi umat di pembuangan.
Bertobat berarti mengembalikan relasi yang baik antara Allah dengan manusia.
Umat Tuhan perlu diingatkan agar berbalik dari tingkah laku durhaka menjadi manusia yang patuh terhadap Allah.
Agar tujuan itu tercapai, Yehezkiel tidak boleh menyampaikan berita usang. Yehezkiel harus mengubah pemahaman mereka tentang dosa pendahulu dan takdir, agar tidak berkutat dalam kedegilannya. Hukuman dosa memang akan berlanjut kepada generasi ketiga bahkan keempat jika keturunan sang pendosa itu mengikuti perilaku ayah atau leluhur mereka.